Pagi-pagi sekali aku dan teman-temanku pergi kesawah untuk mencari belalang karena pada saat itu hari Minggu jadi sekolahnya libur.
“ Ayo cepatan dong nanti keburu siang lho ?” teriak Toni sambil memegan ranting kecil yang rapuh.
“ Iya, tunggu sebentar” jawabku sambil mencari plastik.
“ Ya tuh Ilham lama banget sih nyari plastik gitu aja emangnya plastic seperti apa sih yang kamu cari ?” Tanya riko dengan wajah tak sabar.
“ Nah ini dia, ayo berangkat” jawabku
Kamipun berangkat dengan wajah senang tanpa ada perasaan apapun karena dalam pikiran kami hanya ada belalang yang banyak dan sampailah mereka pada tempat tujuan. Tapi, tidak seperti biasanya hari itu sang surya menyinarkan cahayanya lebih terang dan panas, kami berlarian mencari air karena cuacanya sangat panas dan kebetulan di depan kami ada sumur yang dangkal.
“ Ham di depan itu kelihatannya ada sumur ?” tanya Toni dengan wajah penuh keringat.
“ Iya tuh kelihatannya ada sumur” jawabku sambil mengelap muka dengan baju.
“ Tunggu apa lagi cepetan ayo mandi” ujar Toni dengan wajah yang senang dan berlari menuju sumur. Kami bertiga pun langsung mandi tanpa memikirkan apapapun. Ketika kami sedang asyik mandi tiba-tiba dari belakang seseorang melempari kami dengan tanah. Saat aku melihat kebelakang ternyata paman Bonar. Ia marah karena sumur yang dibuatnya menyirami tanaman kami kotori.
“ Heh kalian ngapain kalian kotori sumur ? cepat pergi” bentak paman Bonar dengan wajah marah sambil membawa tanah digenggamannya.
“ Lari….. paman Bonar sudah marah” ujar Rico dengan wajah ketakutan. Kami berlari tanpa arh tujuan karena kami ketakutan sekali ternyata sudah jam 12.00 perutku terasa lapar begitu pula dengan Rico dan Toni. Soalnya, tadi pagi kami tidak sarapan. Kami kebingungan mau pulang nanti dimarahin paman Bonar lagi karena rumahnya di depan rumahku dan kalau kami disini terus apa yang kami makan. Semakin lama kami semakin lapar. Kami berjalan terus dengan perut lapar tiba-tiba di depan aku melihat pohon mangga.
“ Ton, Ric lihat di depan kelihatannya ada pohon mangga?” ujarku sambil memegang perut.
“ Iya Ham kelihatanya ada pohon mangga” jawa Toni.
“ Ayo kita serbu buahnya, perutku sudah sangat lapar” ujar Rico dengan wajah yang agak senang. Lansung kami memanjat pohon mangga dan ternyata buahnya banyak juga cukup untuk mengganjal perut kami yang keroncongan. Saat kami sedang asyik makan buah mangga tiba-tiba Rico berteriak.
“ Ada ular, ada ular” ujar Rico sambil memegang ranting yang rapuh dan wajah ketakutan.
“ Mana, mana ularnya?” tanyaku sambil melihat kanan kiri.
“ Aduh sakit kakiku terkilir” ujar Rico kesakitan karena jatuh dari pohon.
“ Kamu kenap Ric?” tanya Toni dengan khawatir.
“ Matamu apa nggak melihat aku jatuh dari pohon kaki ku terkilir” jawab Rico dengan agak marah.
“ Ayo turun Ton kelihatannya Rico kesakitan dan nggak bisa jalan” ujarku sambil memegan kaki Rico.
“ Ric kamu bisa jalan nggak?” tanya Toni.
“ Kayanya kagak bisa jalan” jawab Rico sambil memegan kakinya.
“ Kenapa ya… kita dari tadi pagi sial terus?” tanyaku
“ Iya,ya kenapa ya?” jawab Toni sambil mengelus elus rambutnya.
“ Apa sebaiknya kita pulang aja?” Tanyaku sambil kebingungan .
“ Apa nanti paman Bonar nggak marah?” jawab Toni.
“ Ah…… itu urusan nati yang penting kita bawa Rico pulang dulu dan nanti minta maaf pada paman Bonar” ujarku.
“ Ya lah, ayo Rico aku gandong nanti gentian lho Ham” ujar Toni sambil menggendong Rico.
“ Baiklah nanti gentian” jawabku. Pulanglah kami dengan agak gemeteran takut dimarahin paman Bonar. Ketika sampai dirumah paman Bonar sudah ada di depan pintu rumah.
“ Paman Bonar maafkan aku dan teman-temanku ya?” tanyaku dengan wajah yang menyesal.
“ Baiklah aku maafkan kamu Ilham dan teman-temanmu” jawab paman Bonar.
“ Terima kasih banya paman Bonar” ujar Toni dengan wajah senang sekali.
Akupun pulang mengantarkan Rico sampai di rumahnya Toni juga pulang kerumah perutku juga lapar sekali harus menggendong Rico yang besar.