Kita
semua ingin tahu apa yang terjadi setelah kita mati. Ketika orang yang
kita cintai meninggal, kita ingin sekali melihat mereka kembali bersama
kita (setelah kita meninggal) nantinya. Apakah kita akan memiliki reuni
yang menggembirakan dengan mereka yang kita cintai atau kematian adalah
akhir dari seluruh kesadaran?
Yesus mengajarkan bahwa hidup tidak berakhir setelah tubuh kita mati.
Dia membuat klaim yang mengejutkan “Akulah kebangkitan dan hidup.
Mereka, yang percaya kepadaKu, meski pun mereka mati sama seperti semua
orang, akan hidup kembali.” Menurut para saksi mata yang sangat dekat
denganNya, Yesus kemudian memperlihatkan kuasa atas kematian dengan
bangkit dari kematian setelah disalibkan dan dikubur selama tiga hari.
Inilah kepercayaan yang memberikan harapan kepada orang Kristen selama
hampir dua ribu tahun.
Namun sebagian orang tidak punya harapan setelah kematian. Filsuf
ateis, Bertrand Russell menulis: “Saya percaya bahwa ketika meninggal
saya akan membusuk dan kesadaran saya tidak akan bertahan.”[1] Russell jelas tidak percaya pada perkataan Yesus.
Para pengikut Yesus menulis, Dia menampakkan diri dan hidup setelah
penyaliban dan penguburan-Nya. Mereka juga menjelaskan tidak hanya
melihat Dia, tapi juga makan bersama-sama dengan Dia, menyentuhNya dan
bersama-sama dengan Dia selama empat puluh hari.
Jadi, apakah ini hanya cerita yang bertumbuh dengan berjalannya waktu
atau berdasarkan bukti yang kuat? Jawaban atas pertanyaan ini sangatlah
mendasar bagi keristenan. Jika Yesus benar-benar bangkit dari kematian,
hal itu akan memberi pengesahan atas segala hal yang dikatakan-Nya
mengenai diri-Nya, mengenai arti kehidupan dan mengenai tujuan kita
setelah kematian.
Jika Yesus benar-benar bangkit dari kematian, maka hanya Dia sendiri
yang punya jawaban mengenai kehidupan dan apa yang menanti kita setelah
kita meninggal. Di sisi lain, jika kebangkitan Yesus tidak benar, maka
kekristenan akan didasarkan pada kebohongan. Teolog R. C. Sproul
menyebutnya seperti ini,
“Klaim kebangkitan vital bagi kekristenan. Jika Kristus dibangkitkan dari kematian oleh Allah, maka Dia punya mandat dan sertifikat yang tidak dimiliki oleh pemimpin agama mana pun. Buddha meninggal. Muhammad meninggal. Musa meninggal. Konfusius meninggal. Tapi menurut …kekristenan, Kristus hidup.”[2]
Banyak para kritikus telah mencoba membantah kebangkitan Yesus. Josh
McDowell adalah salah satu kritikus yang melakukan riset terhadap
bukti-bukti kebangkitan lebih dari 700 jam. McDowell menyatakan mengenai
pentingnya kebangkitan,
“Saya sudah mencapai kesimpulan bahwa kebangkitan Yesus Kristus adalah yang paling aneh, kejam, kebohongan yang tidak berhati nurani, yang pernah dilakukan terhadap pikiran manusia atau ini adalah fakta yang paling menakjubkan dalam sejarah.”[3]
Jadi, apakah kebangkitan Yesus adalah fakta fantastis atau mitos
paling keji? Untuk mengetahuinya, kita harus melihat bukti sejarah dan
mengambil kesimpulan kita sendiri. Mari kita lihat apa yang ditemukan
para kritikus bagi dirinya sendiri.
Sinis dan Kritis
Tidak semua orang siap untuk meneliti bukti-bukti dengan adil dan
terbuka. Bertrand Russell mengakui pandangannya terhadap Yesus “tidak
berkaitan” dengan fakta sejarah.[4]
Sejarahwan Joseph Campbell, tanpa menyebut adanya bukti, dengan tenang
menyatakan kepada para pemirsa televisi PBS bahwa kebangkitan Yesus
bukanlah kejadian nyata.[5] Para ahli lain, seperti John Dominic Crossan dari Seminar Yesus, setuju dengannya.[6] Tidak satu pun dari orang-orang yang sinis ini memberikan bukti atas pandangan mereka.
Kritis yang sebenarnya berlawanan dengan sinisme, yang justru
tertarik dengan bukti-bukti. Dalam editorial majalah Skeptic berjudul “Apa itu Skeptis (Kritis)?”, sebuah defenisi diberikan.
“Skeptisme (kritis) adalah penerapan pemikiran yang masuk akal pada setiap dan semua ide – tidak ada sapi? suci yang dikecualikan. Dengan kata lain … kritis (skeptis) tidak ingin memasuki sebuah investigasi yang menutup diri dari kemungkinan fenomena itu nyata atau klaim itu mungkin benar. Ketika kita katakan kita kritis, itu diartikan bahwa kita harus melihat bukti yang meyakinkan sebelum kita percaya”[7]
Tidak seperti Russell dan Crossan, banyak kritikus yang
sungguh-sungguh telah menginvestigasi bukti-bukti kebangkitan Yesus.
Dalam artikel ini kita akan mendengar banyak dari mereka dan melihat
bagaimana mereka menganalisa bukti yang mungkin jadi pertanyaan paling
penting dalam sejarah manusia: Apakah benar Yesus bangkit dari kematian?
Bernubuat Untuk Dirinya Sendiri
Sebelum kematianNya, Yesus mengatakan kepada para murid-Nya bahwa Dia
akan dikhianati, ditangkap disalib dan akan bangkit tiga hari kemudian.
Sebuah rencana yang aneh! Ada apa di belakang ini? Yesus bukan
penghibur yang bersedia melakukan pertunjukan atas pesanan orang lain;
tetapi, Dia berjanji bahwa kematian dan kebangkitanNya akan memberi
bukti kepada orang-orang (jika hati dan pikirannya terbuka) bahwa Dia
adalah benar-benar Mesias.
Ahli Alkitab Wilbur Smith mencatat tentang Yesus,
“Ketika Dia mengatakan Dia akan bangkit kembali dari kematian pada hari yang ketiga setelah Dia disalibkan, Dia mengatakan sesuatu yang hanya orang bodoh berani mengatakannya, jika Dia mengharapkan pemujaan lebih lama dari para murid – kecuali Dia benar-benar yakin bahwa Dia akan bangkit. Tidak ada pendiri agama dunia mana pun yang diketahui manusia pernah berani mengatakan hal semacam itu.”[8]
Dengan kata lain, karena Yesus sudah dengan jelas mengatakan kepada
para muridNya bahwa Dia akan bangkit lagi setelah kematian-Nya, maka
kegagalan memenuhi janji itu akan membuat diriNya menjadi sekedar
seorang penipu. Tapi analisa kita sudah terlalu jauh. Bagaimanan Yesus
meninggal sebelum Dia (jika benar) bangkit kembali?
Kematian yang Mengerikan dan Kemudian. . . ?
Anda tahu apa yang terjadi pada jam-jam terakhir kehidupan Yesus di
dunia, mirip dengam film yang dibuat oleh Mel Gibson (bintang Brave Heart
dan jagoan jalanan) Jika Anda tidak melihat bagian dari “The Passion of
The Christ” karena Anda menutup mata Anda (akan lebih mudah mensyuting
film itu dengan filter merah di kamera), coba baca halaman-halaman Injil
di Perjanjian Baru untuk mengetahui apa yang Anda tidak lihat itu.
Seperti yang sudah diprediksi Yesus, Dia dikhianati oleh salah satu
muridnya, Yudas Iskariot, dan ditangkap. Dalam sebuah pengadilan, yang
sudah diatur sebelumnya oleh Gubernur Romawi, Pontius Pilatus, Dia
terbukti bersalah karena pengkhianatan dan dihukum mati disalib kayu.
Sebelum dipaku di salib, Yesus secara brutal disiksa dengan cambuk
Romawi, yang pada tiap cambukan maka mata cambuk akan masuk sampai ke
tulang dan kait-kait besinya akan merobek daging. Dia dipukuli
berkali-kali, ditendangi, dan diludahi.
Kemudian, dengan paku besar algojo Romawi memaku tangan dan kaki
Yesus. Akhirnya,mereka mendirikan salib di sebuah lubang di tanah
diantara dua penjahat, yang juga disalib.
Yesus tergantung disalib selama sekitar enam jam. Kemudian, pada
pukul 3.00 sore –sama persis dengan pengorbanan (pemotongan) domba
Paskah sebagai penebus dosa (ada sedikit simbolisme disini, bagaimana
menurut Anda?) – Yesus berteriak, “Sudah selesai” (dalam bahasa Aramaic)
dan mati. Tiba-tiba langit jadi gelap dan terjadi gempa bumi.[9]
Pilatus ingin memverifikasi bahwa Yesus benar-benar mati sebelum
tubuhNya dikuburkan. Karena itu, seorang prajurit Romawi menusuk perut
Yesus dengan tombak. Campuran darah dan air yang keluar memberi indikasi
jelas bahwa Yesus sudah mati. Jenazah Yesus kemudian diturunkan dari
salib dan dikuburkan di kubur Yusuf dari Arimatea. Prajurit Romawi
menyegel kuburan dan menjaganya selama 24 jam.
Sementara, murid-murid Yesus syok. Dr. J. P. Moreland menjelaskan
bagaimana syok dan kebingungan melanda mereka setelah kematian Yesus di
kayu salib. “Mereka tidak lagi punya kepercayaan bahwa Yesus telah
dikirim oleh Allah. Mereka juga telah diajarkan bahwa Allah tidak akan
membiarkan Mesias-Nya mati. Jadi mereka tercerai berai. Seluruh gerakan
Yesus sudah terhenti. ”[10]
Semua harapan lenyap. Roma dan pemimpin Yahudi telah menang —- atau memang tampaknya seperti itu.
Sesuatu Terjadi
Tapi itu bukan akhirnya. Gerakan Yesus tidak lenyap (kelihatannya)
dan nyatanya, kekristenan ada hari ini sebagai agama terbesar dunia.
Karena itu, kita harus tahu apa yang terjadi setelah jenazah Yesus
diturunkan dari salib dan dibaringkan di kuburan.
Dalam artikel di harian New York Times, Peter Steinfels menuliskan
peristiwa yang terjadi selama tiga hari setelah kematian Yesus,”Beberapa
saat setelah Yesus dieksekusi, para pengikutNya tiba-tiba berubah dari
kelompok orang yang takut dan bersembunyi menjadi pembawa pesan mengenai
Yesus yang hidup dan kedatangan kerajaanNya, berkotbah dengan taruhan
nyawa, dan akhirnya mengubah kekaisaran. Sesuatu terjadi. … Tapi
pastinya apa?”[11] Itulah pertanyaan yang harus kita jawab melalui investigasi atas fakta-fakta.
Hanya ada lima kemungkinan penjelasan atas kemungkinan kebangkitan Yesus, seperti terlihat di Perjanjian Baru:
- Yesus tidak benar-benar mati di atas kayu salib.
- “Kebangkitan” adalah konspirasi.
- Para murid berhalusinasi.
- Catatan mengenai itu hanya legenda.
- Itu benar-benar terjadi.
Mari kita telaah opini-opini itu dan melihat mana yang paling cocok dengan fakta-fakta.
Apakah Yesus Mati?
“Marley benar-benar sudah mati lebih dari sebuah paku pintu, Mengenai
hal itu sudah tidak diragukan lagi.” tulis Charles Dickens dalam A Christmas Carol,
pengarang tidak ingin siapapun salah sangka atas karakter supranatural
yang akan muncul menggantikannya. Dengan cara sama, sebelum kita
mengambil peran CSI dan merangkai bukti-bukti kebangkitan, kita harus
memastikan bahwa, pada kenyataannya, ada sebuah mayat. Apalagi,
kadang-kadang surat kabar melaporkan ada “jenazah” di kamar mayat yang
ditemukan bergetar dan akhirnya bangun lagi. Apakah hal seperti itu
telah terjadi terhadap Yesus?
Beberapa telah mengira Yesus tetap hidup setelah penyaliban dan
dipulihkan oleh udara dingin dan lembab di kuburan– “Wah, berapa lama
saya tidak sadarkan diri?” Tapi teori ini tidak cocok dengan bukti
medis. Dalam artikel di majalah Journal of the American Medical Association
dijelaskan kenapa hal seperti itu disebut sebagai “teori pingsan/mati
suri” tidak bisa diterima”Sudah jelas, bobot bukti historis dan medis
mengindikasikan Yesus sudah mati. … Tombak, yang ditusuk diantara rusuk
kananNya, kemungkinan tidak hanya merobek paru-paru kanan, tapi juga
menembus membran selimut jantung dan jantung dan memastikan
kematian-Nya”[12]
Tapi skeptisme terhadap kesimpulan ini tetap ada apalagi kasus ini
sudah dingin selama 2000 tahun. Karena itu, kita membutuhkan opini
kedua.
Satu tempat untuk menemukannya adalah laporan-laporan dari sejarahwan
non-Kristen, yang ada pada saat Yesus hidup. Tiga sejarahwan ini
mencatat kematian Yesus.
- Lucian (120 SM – 180 sesudah masehi. menyebutkan Yesus sebagai penyaliban seorang filsuf.[13]
- Josephus (tahun 37– 100) menulis, “Pada saat itu, tampaknya Yesus seorang bijaksana, karena perbuatan luar biasa-Nya. Ketika Pilatus menghukumNya disalib, pemimpin kita menuduh Dia, mereka yang mengasihi Dia tidak berbuat apa-apa”.[14]
- Tacitus (tahun 56–120) menulis, “Kristus, namaNya dari tempatNya berasal, menderita hukuman ekstrim …. ditangan penguasa kita, Pontius Pilatus.[15]
Ini seperti masuk ke ruang arsip dan menemukan satu hari di musim panas pada abad pertama, The Jerusalem Post memuat berita halaman depan dengan cerita Yesus disalib dan mati. Bukan hasil kerja detektif yang jelek, dan cukup konklusif.
Nyatanya, tidak ada catatan sejarah dari orang Kristen, Romawi, atau
Yahudi yang mempertanyakan apakah Yesus mati atau mengenai
penguburannya. Bahkan Crossan, yang skeptis atas kebangkitan, sepakat
bahwa Yesus benar-benar hidup dan mati. “Dia disalibkan adalah
meyakinkan secara kesejarahan.[16]
Dibawah cahaya bukti seperti itu, kita tampaknya punya dasar kuat untuk
menyingkirkan satu dari lima opini itu. Yesus benar-benar mati,
“mengenai itu tidak diragukan lagi.”
Mengenai Kubur Kosong
Tidak ada sejarahwan serius yang sungguh meragukan kematian Yesus
ketika Dia diturunkan dari salib. Namun, banyak yang mempertanyakan
bagaimana tubuh Yesus lenyap dari kuburan. Jurnalis Inggris, Dr. Frank
Morison. sebelumnya berpikir kebangkitan itu mitos atau penipuan, dan
dia mulai melakukan riset untuk menulis buku menentangnya.[17] Buku itu jadi terkenal tapi dengan alasan yang berbeda dari maksud sebelumnya, seperti yang akan kita lihat.
Morison memulainya dengan mencoba memecahkan kasus kubur yang kosong.
Kubur itu milik anggota Dewan Sanhedrin, Yusuf dari Arimatea. Pada masa
itu, masuk anggota dewan sama dengan bintang rock. Semua orang tahu
siapa anggota dewan. Yusuf pastilah orang yang hidup dimasa itu. Kalau
tidak, para pemimpin Yahudi akan mengungkap cerita itu sebagai penipuan
dalam upaya mereka membantah telah terjadi kebangkitan. Juga, kubur
Yusuf sudah dikenal baik lokasinya dan dengan mudah diidentifikasi, jadi
setiap pemikiran bahwa Yesus “hilang di pekuburan” harus disingkirkan.
Morison heran kenapa para musuh Yesus membiarkan “mitos kubur kosong”
ada jika itu tidak benar. Penemuan jenazah Yesus akan langsung membunuh
seluruh rencana itu.
Dan apa yang dikenal sejarah sebagai musuh-musuh Yesus adalah mereka
yang menuduh murid-murid Yesus mencuri mayatNya, sebuah tuduhan yang
datang dari kepercayaan bahwa kubur itu sudah kosong.
Dr. Paul L. Maier, dosen sejarah kuno di Universitas Western
Michigan, juga memberi pendapat yang sama, “Jika semua bukti diteliti
dengan hati-hati dan adil, maka itu sungguh-sungguh bisa dibenarkan
untuk menyimpulkan bahwa kubur dimana Yesus ditempatkan benar kosong
pada pagi hari pertama Paskah. Dan tidak ada sedikitpun bukti yang
ditemukan …. yang membantah pernyataan itu.”[18]
Para pemimpin Yahudi kaget, dan menuduh para murid mencuri mayat
Yesus. Tapi penguasa Romawi sudah menugaskan penjagaan 24 jam di kubur
dengan sebuah unit penjaga terlatih (4 – 12 prajurit). Morison
bertanya,”Bagaimana profesional-profesional ini membiarkan mayat Yesus
dicuri? Tidak mungkin bagi siapapun untuk menyelinap dibelakang penjaga
Romawi dan menggeser batu seberat dua ton. Namun batu itu bergeser dan
tubuh Yesus hilang.”
Jika tubuh Yesus ditemukan di satu tempat, para musuhnya akan
langsung mengekspos kebangkitan itu sebagai penipuan. Tom Anderson,
mantan ketua California Trial Lawyers Association, menyimpulkan kuatnya
argumen ini,
“Kejadian itu terpublikasi dengan baik, apa anda pikir akan cukup masuk akal jika satu sejarahwan, satu saksi mata, satu penentang (Yesus) akan mencatat, untuk sepanjang masa, bahwa dia telah melihat jenazah Yesus? … Ke-diam-an sejarah begitu menuliskan, ketika mencari testimoni menentang kebangkitan.”[19]
Jadi, tanpa ada bukti jenazah, dan diketahui kubur itu benar-benar
kosong, Morison menerima ada bukti kuat tubuh Yesus telah hilang dari
kubur.
Perampokan Kuburan?
Morison meneruskan investigasinya. Dia mulai meneliti motif-motif
para pengikut Yesus. Mungkin apa yang diperkirakan kebangkitan hanyalah
pencurian mayat. Tapi jika begitu, bagaimana dengan semua laporan
mengenai kehadiran Yesus yang sudah bangkit? Sejarahwan Paul Johnson, di
bukunya History of the Jews, menulis, ”Apa yang penting
bukanlah kondisi kematian-Nya tetapi fakta Dia telah secara luas dan
dipercayai dengan kuat, oleh lingkaran orang yang meluas, telah bangkit
kembali.[20]
Kubur itu benar-benar kosong. Tetapi bukan hanya ketiadaan tubuh yang
menyemangati pengikut Yesus (terutama jika merekalah yang mencuri-Nya).
Sesuatu yang luar biasa pastilah telah terjadi bagi para pengikut Yesus
yang tidak lagi berduka, tidak lagi bersembunyi, dan mulai, dengan
tanpa takut, memproklamasikan bahwa mereka telah melihat Yesus hidup.
Catatan para saksi mata melaporkan bahwa Yesus tiba-tiba muncul
dihadapan para pengkikut-Nya. Pertama-tama perempuan. Morison heran
kenapa para konspirator menjadikan perempuan sebagai pusat rencana
mereka. Pada abad pertama, perempuan tidak punya hak apapun, milik
pribadi, atau status. Jika rencana (konspirasi) itu ingin berhasil,
Morison berpikir akan masuk akal jika para konspirator menggambarkan
laki-laki, bukan perempuan, sebagai yang pertama melihat Yesus hidup.
Namun kita dengar perempuan menyentuh Dia, berbicara dengan Dia, dan
yang pertama menemukan kubur kosong.
Belakangan, menurut catatan saksi mata, semua murid melihat Yesus
lebih dari 10 kali pada peristiwa berbeda. Mereka menulis Dia
memperlihatkan tangan dan kakinya dan mengatakan kepada mereka bahwa
mereka boleh menyentuhNya. Dan Dia dilaporkan makan bersama mereka dan
kemudian muncul hidup kepada lebih dari 500 pengikut di satu peristiwa.
Ahli hukum John Warwick Montgomery menjelaskan, “Pada tahun 56 Rasul
Paulus menulis lebih dari 500 orang telah melihat Yesus bangkit dan
sebagian besar dari mereka masih hidup (1 Korintus 15:6). Orang Kristen
mula-mula akan melewati batas kredibilitas jika merekayasa cerita
seperti itu dan berkhotbah diantara mereka yang mungkin dengan mudah
membantahnya dengan mempertunjukkan jenazah Yesus.”[21]
Ahli Alkitab Geisler dan Turek setuju. “Jika kebangkitan tidak
terjadi, kenapa Rasul Paulus memberi begitu banyak daftar saksi mata?
Dia bisa langsung kehilangan semua kredibilitasnya dihadapan pembaca
Korintus dengan berbohong sedemikian terangnya.”[22]
Petrus, dihadapan kerumunan orang di Kaisarea, mengatakan kenapa dia dan para murid lain sangat yakin Yesus hidup.
“Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuat-Nya di
tanah Yudea maupun di Yerusalem; dan mereka telah membunuh Dia dan
menggantung Dia pada kayu salib. Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada
hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, bukan
kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah
ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum
bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati.”
(Kisah Para Rasul 10:39-41)
Ahli Alkitab Inggris, Michael Green, mengatakan, “Penampakkan Yesus
adalah otentik sama seperti yang lain di era kuno itu. … Tidak ada
keraguan rasional bahwa hal-hal itu telah terjadi.”[23]
Perampokan Kuburan?
Morison meneruskan investigasinya. Dia mulai meneliti motif-motif
para pengikut Yesus. Mungkin apa yang diperkirakan kebangkitan hanyalah
pencurian mayat. Tapi jika begitu, bagaimana dengan semua laporan
mengenai kehadiran Yesus yang sudah bangkit? Sejarahwan Paul Johnson, di
bukunya History of the Jews, menulis, ”Apa yang penting
bukanlah kondisi kematian-Nya tetapi fakta Dia telah secara luas dan
dipercayai dengan kuat, oleh lingkaran orang yang meluas, telah bangkit
kembali.[20]
Kubur itu benar-benar kosong. Tetapi bukan hanya ketiadaan tubuh yang
menyemangati pengikut Yesus (terutama jika merekalah yang mencuri-Nya).
Sesuatu yang luar biasa pastilah telah terjadi bagi para pengikut Yesus
yang tidak lagi berduka, tidak lagi bersembunyi, dan mulai, dengan
tanpa takut, memproklamasikan bahwa mereka telah melihat Yesus hidup.
Catatan para saksi mata melaporkan bahwa Yesus tiba-tiba muncul
dihadapan para pengkikut-Nya. Pertama-tama perempuan. Morison heran
kenapa para konspirator menjadikan perempuan sebagai pusat rencana
mereka. Pada abad pertama, perempuan tidak punya hak apapun, milik
pribadi, atau status. Jika rencana (konspirasi) itu ingin berhasil,
Morison berpikir akan masuk akal jika para konspirator menggambarkan
laki-laki, bukan perempuan, sebagai yang pertama melihat Yesus hidup.
Namun kita dengar perempuan menyentuh Dia, berbicara dengan Dia, dan
yang pertama menemukan kubur kosong.
Belakangan, menurut catatan saksi mata, semua murid melihat Yesus
lebih dari 10 kali pada peristiwa berbeda. Mereka menulis Dia
memperlihatkan tangan dan kakinya dan mengatakan kepada mereka bahwa
mereka boleh menyentuhNya. Dan Dia dilaporkan makan bersama mereka dan
kemudian muncul hidup kepada lebih dari 500 pengikut di satu peristiwa.
Ahli hukum John Warwick Montgomery menjelaskan, “Pada tahun 56 Rasul
Paulus menulis lebih dari 500 orang telah melihat Yesus bangkit dan
sebagian besar dari mereka masih hidup (1 Korintus 15:6). Orang Kristen
mula-mula akan melewati batas kredibilitas jika merekayasa cerita
seperti itu dan berkhotbah diantara mereka yang mungkin dengan mudah
membantahnya dengan mempertunjukkan jenazah Yesus.”[21]
Ahli Alkitab Geisler dan Turek setuju. “Jika kebangkitan tidak
terjadi, kenapa Rasul Paulus memberi begitu banyak daftar saksi mata?
Dia bisa langsung kehilangan semua kredibilitasnya dihadapan pembaca
Korintus dengan berbohong sedemikian terangnya.”[22]
Petrus, dihadapan kerumunan orang di Kaisarea, mengatakan kenapa dia dan para murid lain sangat yakin Yesus hidup.
“Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu yang diperbuat-Nya di
tanah Yudea maupun di Yerusalem; dan mereka telah membunuh Dia dan
menggantung Dia pada kayu salib. Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada
hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, bukan
kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah
ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum
bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati.”
(Kisah Para Rasul 10:39-41)
Ahli Alkitab Inggris, Michael Green, mengatakan, “Penampakkan Yesus
adalah otentik sama seperti yang lain di era kuno itu. … Tidak ada
keraguan rasional bahwa hal-hal itu telah terjadi.”[23]
Apakah Murid-Murid Berhalusinasi?
Ada orang-orang yang masih berpikir mereka melihat Elvis, gemuk dan
berambut abu-abu, mampir di Dunkin Donuts. Dan yang lain percaya, malam
sebelumnya mereka bersama-sama mahluk luar angkasa di kapal induknya dan
jadi bahan percobaan, yang tidak bisa diungkapkan. Kadang-kadang ada
orang tertentu yang bisa “melihat” hal-hal yang ingin mereka lihat,
hal-hal yang tidak benar-benar ada di sana. Dan itulah kenapa orang
mengklaim murid-murid begitu tertekan karena penyaliban dan mereka
sangat ingin melihat Yesus hidup telah menyebabkan halusinasi massal.
Mungkinkah?
Psikolog Gary Collins, mantan ketua American Association of Christian
Counselor, ditanya mengenai kemungkinan halusinasi ada dibelakang
perubahan radikal perilaku para murid. Collins menjawab,”Halusinasi
terjadi hanya pada individu. Oleh karena sifat alamiahnya, hanya satu
orang bisa melihat sebuah halusinasi pada satu waktu. Mereka pasti
bukanlah sesuatu yang bisa dilihat oleh sekelompok orang.[28]
Halusinasi bahkan bukan kemungkinan paling kecil. Menurut psikolog
Thomas J. Thorburn. “Sama sekali tidak meyakinkan bahwa ….. lima ratus
orang, dengan kondisi pikiran baik …. mengalami semua jenis pengalaman
indra — visual, pendengaran, sentuhan — dan semua ….
pengalaman-pengalaman itu seluruhnya disebabkan oleh …… halusinasi”[29]
Apalagi, dalam psikologi halusinasi, seseorang perlu ada dalam
kerangka berpikir dimana mereka sangat ingin melihat seseorang sehingga
orang itu terbentuk dalam pikiran mereka. Dua pemimpin utama gereja
mula-mula (purba), Yakobus dan Paulus, keduanya berhadapan dengan Yesus
yang sudah bangkit, tanpa pernah berharap, atau mengharapkan kesenangan.
Rasul Paulus, nyatanya pernah memimpin penindasan terhadap orang
Kristen, dan pertobatannya masih tetap tidak terjelaskan kecuali oleh
testimoninya sendiri bahwa Yesus menampakkan diri untuknya.
Dari Kebohongan Sampai Legenda
Sejumlah kritikus, yang tidak yakin, melabelkan cerita kebangkitan
sebagai legenda yang dimulai oleh satu atau lebih orang berbohong atau
merasa mereka melihat Yesus bangkit. Selama perjalanan waktu, legenda
tumbuh dan berbunga-bunga ketika diteruskan berkeliling. Pada teori ini,
kebangkitan Yesus disamakan dengan meja bundar Raja Arthur dan George
Washington kecil yang tidak bisa berbohong, dan janji bahwa Jaminan
Sosial akan tersedia ketika kita membutuhkannya.
Tapi ada tiga masalah besar dengan teori ini.
- Legenda jarang berkembang ketika masih banyak saksi mata hidup, yang bisa membantahnya. Sejarahwan Romawi dan Yunani kuno, AN Sherwin-White, berargumen bahwa berita kebangkitan tersebar telalu dini dan terlalu cepat untuk bisa disebut sebagai legenda.[30]
- Legenda berkembang melalui tradisi oral dan tidak melalui dokumen-dokumen bersejarah yang bisa diverifikasi. Apalagi Injil ditulis di dalam jangka waktu tiga dekade setelah kebangkitan.[31]
- Teori legenda tidak cukup untuk menjelaskan fakta akan adanya kubur kosong atau keyakinan historis, yang bisa diverifikasi para rasul bahwa Yesus hidup.[32]
Kenapa Kekristenan Menang
Morison kaget dengan fakta sebuah gerakan kecil, yang tidak
signifikan, mampu bertahan terhadap tekanan keras penguasa Yahudi, juga
oleh kekuatan besar Roma. Kenapa mereka menang menghadapi semua pihak
yang menentangnya?
Dia menulis, “Dalam waktu dua puluh tahun, klaim para petani Galilea
ini telah menggoyang kekuasaan Yahudi. … Dalam kurang dari lima puluh
tahun, gerakan itu sudah mulai mengancam kedamaian kekaisaran Romawi.
Ketika kita sudah mengatakan apa yang bisa dikatakan … kita berdiri
dihadapan misteri terbesar. Kenapa mereka menang?“[33]
Berdasarkan semua pemikiran, kekristenan seharusnya mati disalib
ketika para murid lari ketakutan. Tapi para rasul terus membangun
gerakan kekristenan, yang terus tumbuh.
J. N. D. Anderson menulis, “Pikirkan psikologi absurditas sebuah
kelompok kecil orang kalah, yang pengecut, bersembunyi di ruang atas
suatu hari, dan beberapa hari kemudian berubah menjadi kelompok yang
tidak ada satupun penindasan bisa membungkamnya – dan kemudian mencoba
melabel perubahan dramatis ini tidak lebih meyakinkan daripada sebuah
rekayasa menyedihkan. … Ini dengan jelas tidak masuk akal.”[34]
Banyak pakar percaya (dalam perkataan komentator jaman kuno) bahwa,
“darah martir adalah bibit gereja”. Sejarahwan Will Durant mengamati,
“Kaisar dan Kristus telah bertemu di arena dan Kristus menang.”[35]
Kesimpulan Mengejutkan
Dengan mitos, halusinasi, dan otopsi asal-asalan tersingkirkan,
dengan bukti-bukti meyakinkan terhadap kubur kosong, dengan banyaknya
saksi mata penampakkanNya, dan dengan transformasi (perubahan) yang
tidak terjelaskan dan dampaknya terhadap dunia oleh mereka yang
mengklaim telah melihatNya, Morison jadi yakin bahwa keyakinan biasnya
pada kebangkitan Yesus salah. Dia mulai menulis buku yang berbeda —
berjudul Who Moved the Stone? — untuk merinci
kesimpulan-kesimpulan barunya. Morison hanya mengikuti jejak
bukti-bukti, petunjuk demi petunjuk, sampai kebenaran kasus itu menjadi
jelas baginya. Kejutannya adalah bukti-bukti itu telah membawanya
menjadi percaya terhadap kebangkitan.
Di bab pertama bukunya, Buku yang Menolak untuk Ditulis,
mantan kritikus (skeptis) ini menjelaskan bagaimana bukti-bukti
meyakinkan Dia bahwa kebangkitan Yesus adalah kejadian nyata historis.
“Itu seperti seseorang berjalan menembus hutan mengikuti jalur, yang
dikenal dan sering dilewati, dan keluar dengan tiba-tiba ditempat yang
dia tidak harapkan.”[36]
Morison tidak sendirian. Tak terhitung banyaknya para kritikus lain
setelah meneliti bukti-bukti kebangkitan Yesus, menerimanya sebagai
fakta menakjubkan dalam sejarah manusia. Namun kebangkitan Yesus Kristus
mengangkat pertanyaan: Fakta bahwa Yesus mengalahkan kematian, apa
hubungannya dengan kehidupan saya? Jawaban pertanyaan itu merupakan isi
seluruh Perjanjian Baru kekristenan
Apa Yang Yesus Katakan Setelah Kita Mati?
Jika Yesus benar-benar bangkit dari kematian, maka Dia seharusnya
tahu ada apa setelah kematian itu. Apa yang Yesus katakan mengenai arti
kehidupan dan masa depan kita? Apakah ada banyak jalan kepada Allah atau
klaim hanya Yesus satu-satunya jalan? Baca jawaban yang mengejutkan di “Kenapa Yesus”