Cinta
merupakan salah satu aspek psikologis. Dia termasuk salah satu dimensi
dari perasaan (emosi) dasar manusia (suka, senang, benci, cinta, jijit,
dan bahagia). Tetapi, menurut Izard (dalam Strongman, 1998), cinta dapat
mendatangkan segala jenis emosi, baik yang menyenangkan maupun yang
menyakitkan.
Menurut Stenberg, dalam sebuah teorinya mengemukakan bahwa cinta memiliki tiga dimensi dasar, yaitu hasrat (passion), keintiman (intimacy), dan komitment/keputusan (commitment/decision).
Hasrat
Dimensi
ini menekankan pada intensnya perasaan serta perasaan (keterbangkitan)
yang muncul dari daya tarik fisik dan daya tarik seksual. Pada cinta
jenis ini, seseorang mengalami ketertarikan fisik secara nyata, selalu
memikirkan orang yang dicintainya sepanjang waktu, melakukan kontak mata
secara intens saat bertemu, mengalami perasaan indah serta melambung ke
awan, mengagumi dan terpesona dengan pasangan, detak jantung meningkat,
mengalami perasaan sejahtera, ingin selalu bersama pasangan yang
dicintai, memiliki energy yang besar untuk melakukan sesuatu demi
pasangan mereka, merasakan adanya kesamaan dalam banyak hal, serta tentu
saja merasa sangat berbahagia.
Keintiman
Dimensi
ini tertuju pada kedekatan perasaan antara dua orang dan kekuatannya
yang mengikat mereka untuk bersama. Sebuah hubungan akan mencapai
keintiman emosional jika kedua pihak saling mengerti, terbuka, dan
saling mendukung, serta bisa berbicara apa pun tanpa merasa takut
ditolak. Mereka mampu untuk saling memaafkan dan menerima, khususnya
ketika mereka tidak sependapat atau berbuat kesalahan.
Komitmen/Keputusan
Pada
dimensi komitmen/keputusan, seseorang berkeputusan untuk tetap bersama
dengan seorang pasangan dalam hidupnya. Komitmen dapat bermakna
mencurahkan perhatian, melakukan sesuatu untuk menjaga suatu hubungan
tetap langgeng, melindungi hubungan tersebut dari bahaya, serta
memperbaiki bila hubungan dalam keadaan kritis.
Dimensi-dimensi
diatas adalah dimensi dasar penyusun rasa cinta. Antara hasrat,
keintiman dan komitment/keputusan adalah sebuah bentuk aplikasi cinta
yang sempurna menurut Stenberg. Kehilangan salah satu dimensinya, akan
mengurangi esensi dari cinta itu sendiri.