Dalam
ilmu psikologi, sangat banyak teori yang mengungkapkan tentang
bagaimana manusia bertingkah laku. Terkadang, satu teori dengan teori
lainnya saling bertentangan. Tetapi ada juga teori yang saling
complement (melengkapi), dalam mengungkapkan sebuah kasus. Teori-teori
yang complement ini banyak diterapkan dalam praktek-praktek psikoterapis
saat ini.
Secara umum, teori tentang tingkah laku manusia dalam ilmu psikologi dapat dijelaskan dalam asumsi-asumsi dasar dibawah ini:
Bebas versus tidak bebas
Teori
yang memandang bahwa manusia itu bebas melakukan apa yang dikehendaki,
tidak terikat pada sikap bawaan (keturunan), atau hal-hal lain yang
membuat manusia tidak bebas dalam bersikap. Teori ini seperti kelompok
teori “behaviorisme”.
Lawan
dari teori ini adalah bahwa manusia itu dipengaruhi oleh bawaan dan
masa lalu. Sikapnya terhadap dunia saat ini, adalah hasil dari sejumlah
pengalamannya masa lalu. Artinya manusia dalam bersikap sekarang bukan
karena ingin bersikap (bebas), tetapi sikapnya itu dibentuk oleh
pengalaman-pengalaman masa lalu. Teori yang mendukung bahwa manusia
tidak bebas adalah kelompok teori “psikoanalisa”.
Rasional versus irasional
Ada
juga pandangan yang memandang bahwa, manusia adalah makhluk yang
rasional. Artinya, semua tingkah laku manusia, adalah hasil dari
tindakannya yang sudah direncanakan, dan hasil dari pertimbangan akan
resiko-resiko yang akan dihadapi terhadap tingkah lakunya tersebut.
Teori ini seperti kelompok teori “rasionalisme”.
Kebalikan
dari teori rasionalisme adalah irasionalisme, yang memandang bahwa
manusia bertingkah laku dikendalikan oleh insting. Insting yang ada pada
manusia ada insting yang dibawa sejak lahir. Misalnya, manusia ingin
makan, bukan karena berpikir kalau tidak makan akan mati, tetapi
instingnya yang mengungkap demikian, sehingga jika waktunya makan, atau
jika melihat makanan, insting makan akan timbul. Yang termasuk dalam
kelompok teori ini adalah teori “nativisme”.
Subjektif versus objektif
Pandangan
subjektif mengatakan bahwa, manusia pada dasarnya tidak bisa dipisahkan
antara dirinya dengan lingkungannya. Manusia dan lingkungannya adalah
satu kesatuan yang tidak dapat dispisahkan, sehingga jika masalah yang
berusaha untuk memisahkan hal tersebut, manusia akan berpikir lebih dulu
tentang dirinya. Yang menjadi pusat perhatian adalah bagaimana
kedudukan individu dalam lingkungannya.
Pandangan
yang bertentangan dengan sikap subjektif manusia adalah pandangan yang
menganggap bahwa manusia itu adalah makhluk yang objektif, mampu
memisahkan dan membedakan antara dirinya dengan lingkungannya. Pusat
perhatiannya adalah objeknya (keluar), dan mampu memisahkan dirinya
dengan objek yang sedang dalam perhatiannya.
Proaktif versus reaktif
Sikap
yang proaktif pada manusia akan selalu menginstropeksi dirinya terhadap
hal-hal yang sedang dihadapinya. Berusaha mencari penyebab sebuah
masalah dan menemukan solusinya.
Manusia
yang reaktif, adalah manusia yang bersikap lemah pada instropeksi diri,
lebih banyak menyalahkan orang lain terhadap sebuah masalah,
dibandingkan dengan usaha memecahkan masalah tersebut.
Holisitik versus elementarisme
Pandangan
holistic adalah pandang yang menilai manusia secara menyeluruh.
Artinya, seseorang tidak dapat dinilai hanya pada satu hal tertentu
saja, kemudian disimpulkan bahwa itulah kepribadian orang tersebut.
Manusia harus dilihat secara global, mengapa mereka melakukan sebuah
tingkah laku. Pandangan Holistik ini sama dengan pandangan teori
“Holisme” (humanisme).
Pandangan
elementarisme, menganggap bahwa untuk mempelajari manusia, kita harus
mempelajarinya menurut bagian-bagiannya. Bagaimana seseorang berpikir,
bagaimana seseorang bersikap, bagaimana seseorang merespon stimulus, dan
lain-lain. Padangan elementarisme ini pernah diterapkan dalam teori
“strukturalisme”.
Konstitusionalisme versus environmentalisme
Konstituasionalisme
adalah pandangan yang mengganggap bahwa manusia itu ditentukan oleh
sebuah konstitusi (hal yang sudah baku/bawaan lahir), dan tidak bisa
diubah. Sehingga jika seorang jahat, maka memang dia dilahirkan dalam
keadaan jahat.
Environmentalisme
mengatakan bahwa tingkah laku manusia dibentuk oleh lingkungan. Dalam
istilah filsafat dan psikologi, kita mengenal tabula rasa (meja
berlapis lilin/kertas putih kosong). Artinya bahwa manusia dilahirkan
dalam keadaan yang polos, dan tingkah laku manusia dibentuk oleh
lingkungannya.
Homeostatis versus heterostatis
Homestatis
adalah padangan yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia ingin
menciptakan keseimbangan dalam hidupnya (equilibrium). Jika keadaan
tidak seimbang, maka manusia akan selalu berusaha untuk mencapai
keseimbangan tersebut.
Heterostatis
adalah pandangan yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia sengaja
menciptakan ketidak seimbangan dalam dalam hidupnya. Apabila terjadi
keseimbangan, manusia akan menciptakan hal-hal baru yang menantang
sehingga menciptakan sebuah ketidakseimbangan yang baru.
Dapat diprediksi versus tidak dapat diprediksi
Teori
yang mengatakan bahwa manusia dapat diprediksi adalah teori yang
terikat dengan masa lalu, misalnya teori konstitusi, nativisme,
psikoalisa, dan lain lain. Teori-teori ini menganggap bahwa tingkah laku
seseorang kedepan dapat diprediksi tergantung dengan masa lalu dan
bawaannya.
Teori
yang mengatakan bahwa manusia tidak dapat diprediksi adalah teori-teori
holistic, humanistic, dan lain-lain. Teori ini menganggap bahwa manusia
itu bebas, tidak terikat oleh masa lalunya. Manusia sekarang bertindak
sesuai dengan situasi yang dihadapinya, dan tidak ada hubungannya dengan
masa lalu.