Perkembangan jiwa dan perilaku anak banyak ditentukan
oleh factor eksternal, terutama lingkungan
dan pendidikan keluarga. Pengaruh kehidupan dalam rumah tangga sangat
besar terhadap anak, karena selain waktu yang banyak untuk berkomunikasi, juga sangat di tentukan oleh
kemampuan orang tua dalam memanfaatkan waktu untuk mendidik dan membina anak
Dari sekian banyak masalah anak yang harus di pahami oleh
orang tua,maka masalah seks perlu mendapat perhatian khusus, sebab
memperbincangkan seks di hadapan anak merupakan hal yang riskan . apabila orang
tua atau pendidik tidak jeli,justru akan
menjerumuskan anak kedalam perilaku seksual yang mneyimpang, Apabila jika hal
itu tidak mengacu tuntunan agama. Dengan demikian sering timbul pertanyaan,
mungkinkah pendidikan seks diberikan kepada anak-anak?
Telah banyak pakar yang menyodorkan berbagai ide tentang
pendidikan seks ini. Menyingkap tentang apa yang mesti di tanamkan pada sang
anak, mengarahkan ke mana pendidikan seks anak harus tertuju, dan bagaimana
agar perilaku menyimpang seksual bisa terhindar.
Ayip Syafruddin
mengajukan konsep pendidikan seks anak sebagai berikut:
Pertama menannamkan jiwa maskulin pada anak laki-laki dan
jiwa feminism bagi anak perempuan , Sesungguhnya antara laki-laki dan perempuan
memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu segi fisik, Struktur tubuh laki-laki
sangat berbeda dengan perempuan, karena otot-oto laki-laki lebih kencang,
begitu juga dengan jantung, paru-paru , otak laki-laki rata-rata lebih besar
dari pada perempuan.
Dari segi psikis, laki-laki lebih agresif, dominasi dan
motif berprestasinya. Sedang perempuan lebih besara rasa ketergantungan ,
orientasi social, serta memiliki kecenderungan untuk mudah putus asa, Banyak
ahli psikologi mengutarakan bahwa
perbedaan secara psikis, laki-laki umumnya lebih bersifat rasional atau lebih
banyak intuisi atau emosi.
Mengingat perbedaan yang ada antara laki-laki dan
perempuan , baik secara psikis peran dan fungsi yang di lakukan jenis kelamin
masing-masing, maka islam memberikan tuntunan agar fitrah masing-masing
terjaga, Islam menghendaki agar laki-laki memiliki kepribadian yang benar-benar maskulin, dan perempuan
benar-benar memiliki kepribadian yang feminism. Islam tidak menghendaki kepribadian
sissay, yakni kepribadian laki-laki yang menyerupai perempuan, dan perempuan
tomboy, yaitu kepribadian perempuan yang kelelaki-lakian.
Oleh karena itu , pendidikan seksual yang di tanamkan
Islam kepada seseorang. Anak adalah
menumbuhkan jiwa kejantanannya bila ia seorang lelaki. Begitu juga kepada
perempuan , di tumbuhkan jiwa feminism . pendidikana yang di berikan kepada
naka adalah selaras dengan jenis kelamin.
Berenang , memanah, dan menunggang kuda adalah bentuk
pendidikan yang bisa membangkitkan jiwa jantan anak laki-laki. Ia akan berlatih
untuk berani dan siap menanggung resiko, hal ini tentunya sangat bermanfaat
bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh, fisik dan bertanggung jawab serata
tahan uji.
Adapun pendidikan yang harus diberikan kepada anak perempuan , adalah
pendidikan yang sesuai dengan fitrahnya sebagai perempuan , dengan harapan terbentuknya sikap dan perilaku perempuan
yang anggun, halus , lembut dan
feminism, sikap tersebut perlu di tumbuhkan , mengingat fungsi dan peran
yang di embanya di masa yang akan dating , ia akan berperan sebagai ibu
bagi anak-anaknya, dan sebagai istri bagi suami. Tugas tersebut hanya akan
mampu di laksanakan dengan baik manakala seorang perempuan memiliki sifat
kepribadian yang selaras dengan fitrahnya.
Perilaku perempuan yang suka melakukan role playing,
yakni bermain peran yang langsung diperagakan oleh anak, adalah sangat baik
bagi pertumbuhan watak. Misalnya, anak perempuan yang suka berpura-pura menjadi
seorang ibu, bermain rumah-rumahan dan sejenisnya.
Kedua , mendidik etika
berhias
Berhias berarti usaha memperindah dan mempercantik diri
agar bisa berpenampilan menawan. Munculnya berilaku berhias, erat kaitanya
dengan sifat manusia yang ingin selalu di perhatikan oleh orang lain, terutama
terjadi pada anak usia anak yang memasuki pubertas, Pada fase ini, anak mulai
tumbuh rasa ketertarikan dengna lawan jenis, sering berhias agar penampilanya
tampak lebih menarik. Oleh karenan itu
islam mengajarkan agar berhias tidak memancing timbulnya fitnah, yaitu
timbulnya wabah dekedesi moral, di mana hubungan antar jenis mengalami
kerusakan kronis.
Ketiga mendidik cara
berpakaian
Di dalam islam kepada para wanita muslim untuk menutup
aurat dengan jilbab, agar identitas ke islamanya mudah di kenal dan terhindar
dari godaan.
Ke empat, memisahkan
tempat tidur
Usia 7 – 10 tahun merupakan usia anak mengalami
perkembangan pesat, anak mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar, yakni dunia
di luar dirinya dan lingkungan keluarga. Pemisahan tempat tidur merupakan suatu
upaya untuk menanamkan kesadaran tentang
eksistensi dirinya, bila pemisahan tempat tidur tersebut terjadi antara dirinya dengan orang tua. Maka anak di
latih untuk brani mandiri. Anak di coba untuk bisa melepaskan perilaku dekatnya
(attachment behavior) terhadap orang tua.
Bila pemisahan tempat tidur di lakukan terhadap diri anak
dan saudara-saudaranya yang tidak sejenis kelamin, maka secara tidak langsung
ia telah di tumbuhkan kesadaranya tentang eksistensi perbedaan jenis kelamin
antara dirinya dan saudaranya. Dengan demikian anak didik untuk menghindari
pergaulan antara jenis yang berbeda.
Kelima , ihtilam dan
haid.
Ihtilam dan haid adalah dua peristiwa penting bersifat
biologis yang mestinya terjadi pada setiap manusia , merupakan salah satu
critera untuk mengklasifikasikan seorang anak memasuki masa pubertas. Sehingga sejak
waktu telah berlaku segala ketentuan hokum
islam bagi dirinya, sedangkan dalam konteks pendidikan seksual, menandakan
mulai berfungsinya alat-alat reproduksi . Pada masa itu seorang anak mulai
tertarik dengan lawan jenis.
Mengungkap masalah tersebut dalam konteks seksual, tidak
hanya sekedar untuk memahami dari pendekatan sosiologi, namun juga diupayakan
agar mengarahkan anak untuk lebih yakin dan mantap melakukan suatu aktivitas
ibadah.