Yesus dari Nazareth selama 30 tahun hidup sederhana, bekerja sebagai
tukang kayu di desa kecil Palestina. Namun tiga tahun sesudahnya, Dia
melontarkan kata-kata yang mengagetkan semua yang mendengarnya,
kata-kata yang pada akhirnya mengubah dunia kita. Dia juga melakukan
hal-hal yang belum pernah dilakukan orang lain, menenangkan badai,
menyembuhkan penyakit, mecelikkan mata yang buta, dan bahkan
membangkitkan orang dari kematian.
Tapi perbedaan terbesar Yesus Kristus dengan semua pemimpin agama
lain adalah, menurut orang Kristen, Dia mengklaim diriNya adalah Allah.
(LIhat , “Apakah Yesus Mengklaim diriNya adalah Allah ?”)
. Jika klaim ini salah, maka pesan-pesan Injil kehilangan semua
kredibilitasnya. Pesan itu adalah Allah demikian mengasihi kita sehingga
Dia menjadi manusia untuk mati menanggung dosa-dosa kita, menyediakan
bagi kita hidup selama-lamanya bersamaNya. Jadi, jika Yesus bukan Allah,
maka kita telah dibohongi.
Beberapa agama mengajarkan, Yesus adalah mahluk ciptaan belaka. Dan buku-buku, seperti The Da Vinci Code, menjadi buku paling laris dengan mengatakan baik Yesus maupun para rasul tidak mengajarkan bahwa Dia adalah Allah. (Lihat “Senyum Mona Lisa”).
Serangan-serangan terhadap ke-Tuhan-an Yesus menimbulkan pertanyaan
apa yang terjadi hampir 200 tahun lalu sehingga menyebabkan KeKristenan
mengklaim pendirinya, Yesus Kristus, adalah Allah. Dalam “Apakah Yesus mengklaim diriNya adalah Allah ”
kita melihat ada bukti-bukti dari Perjanjian Baru yang dengan kuat
menunjuk fakta-fakta Yesus memang mengklaim diriNya adalah Allah. Tapi
apakah para saksimata, yang mendengar kata-kata Yesus dan melihat
mujizat-mujizatNya yakin bahwa Dia sama dalam segala hal dengan BapaNya?
Atau apakah mereka berpikir bahwa Yesus hanyalah mahluk ciptaan yang
lebih tinggi atau seperti nabi besar Musa?
Untuk memisahkan kebenaran dari fiksi, kita perlu melihat kebelakang
ke perkataan para rasul, yang bersama-sama Yesus berjalan di bumi ini,
dan menulis testimoni-testimoni atas apa yang mereka lihat dan dengar.
Para ahli telah mencatat bahwa Perjanjian Baru mengungkapkan obyektivitas yang membuat catatan para rasul tentang Yesus sangat bisa dipercaya. Mereka dengan jujur melaporkan apa yang mereka lihat dan dengar. Sejarahwan Will Durant menyatakan,
Kendati begitu, tiga hari setelah kejadian traumatis itu, orang, yang kelihatan tidak berdaya tergantung di kayu salib, secara ajaib tampil hidup dihadapan para pengikutNya. Dan Dia bangkit seutuh tubuhNya. Mereka melihat Dia, menyentuh Dia, makan bersama Dia, dan mendengar Dia berkata-kata tentang kebesaran posisiNya sebagai penguasa tertinggi alam semesta. Simon Petrus, salah satu murid terdekat Yesus, dan saksi mata, menulis,
Orang percaya lain bergabung bersama Stefanus, yang bahkan menghadapi kematian, “tidak pernah seharipun …. untuk mengajar dan menyebarkan Injil Yesus (Kisah Para Rasul 5:42). Para rasul, sebagian besar martir, mewarisi pengetahuan mereka akan Yesus kepada bapa-bapa gereja yang membawa pesan mereka kepada generasi berikutnya.
Ignatius, murid Rasul Yohanes yang menulis kedatangan kedua Yesus, mengatakan, “Lihat Dia yang mengatasi waktu, Dia yang tidak terikat waktu, Dia yang tak terkalahkan.” Dalam sebuah surat kepada Polycarp dia menyatakan, “Yesus adalah Allah”, dan kepada orang Efesus dia menulis, “… Allah sendiri datang dalam bentuk manusia, untuk memperbaharui kehidupan kekal. ( Efesus 4:13)
Clement dari Roma (tahun 92), juga mengajarkan ke-Tuhan-an Yesus, mengatakan, “Kita berpikir Yesus Kristus adalah Allah.” (Korintus 1:1)
Polycarp, juga murid Yohanes, diadili dihadapan proconsul Romawi karena menyembah Yesus sebagai Tuhan. Pada saat kerumunan orang meminta dia dihukum mati, hakim Romawi meminta dia menyatakan Kaisar sebagai TUhan. Tapi Polycarp tetap bertahan, daripada mencabut pernyataannya bahwa Yesus adalah Tuhannya, menjawab:
Sambil mengingat-ingat kata-kata Tuhan, Yohanes memulai Injilnya dengan mengungkapkan siapa Yesus itu:
Jadi siapa atau apa kondisi sebelum eksistensi Firman. Kalimat Yohanes menjelaskan siapa yang dia bahas: “Firman itu adalah Allah”.[7]
Sebagai orang Yahudi, Yohanes percaya pada Allah yant Esa. Namun Yohanes membicarakan dua entitas disini, Allah dan Firman. Saksi Yehova, yang mengajarkan bahwa Yesus adalah mahluk ciptaan, salah menterjemahkan kalimat ini dengan mengartikan Firman itu adalah tuhan (yang diciptakan) dan bukan Allah sendiri. Tapi ahli Perjanjian Baru F.F Bruce menulis bahwa, “menterjemahkan frasa itu sebagai ‘tuhan’ adalah kesalahan terjemahan yang menakutkan karena kelalaian itu sering terjadi dengan kata benda dalam konstruksi predikatif.”[8]
Jadi, Yohanes, atas ilham Roh Kudus, mengatakan kepada kita:
Apa maksud sebenarnya “gambar Allah” it? Bruce mencatat, Untuk
menyebut Yesus gambar Allah adalah untuk mengatakan di dalam Dia
kehadiran dan sifat dasar Allah secara sempurna bermanifestasi — didalam
Dia yang tidak kelihatan telah menjadi kelihatan.”[9]
Jadi, Allah menjadi kelihatan didalam Kristus sama dengan perkatan
Yesus kepada Filipus, “Setiap orang yang telah melihatKu melihat Bapa.”
(Johanes 14:9).
Dalam ayat 15, kata Yunani bagi “lahir-pertama” (protokos) berarti “terutama (tertinggi)” dan bukan berarti “lahir kemudian”.[10] Menurut Bruce, Paulus merujuk kepada “Keberadaan Kristus sebelum-eksistensi dan aktifitas kosmis penciptaan[11] Hal ini dijelaskan dalam ayat 16 yang mengatakan kepada kita bahwa segala sesuatu di alam semesta diciptakan melalui Yesus Kristus dan juga untuk Dia.
Dalam ayat 17 kita melihat Kristus yang kekal terus memelihara ciptaan. Menurut Paulus, setiap atom, tiap helai DNA, dan seluruh miliaran galaksi diatur oleh kekuasaan Yesus Kristus. Jadi, Yesus adalah Yang Satu darimana semua hal berasal, diciptakan untuk Yang Satu, dan Yang Satu memelihara semuanya.
Ayat 3 membicarakan Yesus sebbgai “cetakan sempurna dan gambaran penuh sifat Allah.”[13] Kata Yunani disini berarti bahwa “Anak adalah kilau cahaya, larikan cahaya kemuliaan yang keluar dari kemuliaan Allah.[14] Dalam pernyataan ini, Yesus adalah “cetakan sempurna” dari Allah yang tak terhingga, mengkonfirmasikan bahwa para rasul percaya Yesus adalah sepenuhnya Allah.
Penulis Ibrani kemudian menyatakan kepada kita bahwa Yesus tidak saja lebih tinggi dari para nabi, tapi Dia juga jauh lebih tinggi dari para malaikat.
Para rasul pasti tertarik untuk mengetahui bahwa mereka telah melihat Dia berdarah-darah tergantung di kayu salib Romawi adalah Dia yang menciptakan pohon yang dijadikan balok kayu untuk digunakan memakuNya.
Paulus menggunakan kata yang sama kepada Yesus seperti yang Yesaya gunakan untuk Yahweh:
Firman di atas mengungkapkan bahwa sebelum Yesus menjadi manusia, Dia punya hak penuh akan ke-Allah-an. Paulus juga mengatakan kepada kita, “setiap lutut akan bertelut dan setiap lidah akan menyebut bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.”
Lebih dari tujuh ratus tahun sebelum Kristus, Allah menyatakan, melalui Yesaya, bahwa hanya Dia saja adalah Allah, Tuha, dan Penyelamat.
……Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari padaKu. (Yesaya 43:10,11).
Kita juga diberitahu dalam Perjanjian Lama bahwa hanya Allah sendiri menciptakan alam semesta. Bahwa, “setiap lutuh akan bertelut dihadapan Dia.” Bahwa Dia adalah “Tuhan, Raja Israel.” “Penebus”. “Yang Pertama dan yang Akhir.” Daniel menyebutNya ” Hari-hari zaman dulu.” Zakariah membahasakan Allah sebagai, “Raja, Tuhan yang akan menghakimi bumi.”
Namun di Perjanjian Baru kita mendengar Yohanes menyebut Yesus sebagai “Juruselamat”, “Alfa dan Omega,” “Yang Pertama dan Yang Akhir,” “Raja diatas segala raja”, dan “Tuhan diatas segala tuhan.” Paulus mengatakan kepada kita “setiap lutut akan bertelut kepada Yesus”. Hanya kepada Yesus saja para rasul mengatakan kepada kita yang akan menghakimi akhir kekekalan kita. Yesus adalah Tuhan Maha Tinggi di alam semesta.
Packer berpendapat KeKristenan hanya akan masuk akal jika Yesus sepenuhnya Allah:
Dalam kata-kata perpisahan dengan para tetua Efesus, Paulus mendorong mereka untuk “mengembalakan gereja Allah, yang sudah dibeliNya dengan darahNya sendiri. (Kisah Para Rasul 20:28). Paulus mengaungkan kembali nubuatan Nabi Zakharia ketika Allah (Yahweh) berkata:
Para rasul menjadikan Yesus sebagai Tuhan bagi hidup mereka,
menulis Dia sebagai Pencipta, dan menyembah Dia sebagai Yang Maha
Tinggi. Para saksi mata sangat yakin bahwa Allah telah mengunjungi
planet bumi dalam Manusia Yesus Kristus, yang akan kembali sebagai Raja
diatas segala raja dan Tuhan diatas segala tuhan, juga jadi hakim
kehidupan kekal kita. Dalam surat kepada Titus, Paulus mengungkap
identitas Yesus dan tujuan Allah bagi hidup kita,
Para Saksimata
Yesus memilih orang-orang biasa menjadi pengikutNya. Dia selama tiga tahun bersama-sama mereka, mengajar mereka tentang diriNya dan menjelaskan kebenaran mendalam firman Allah. Selama tiga tahun itu, Yesus melakukan sejumlah mujizat, membuat klaim-klaim mengejutkan, dan hidup penuh dalam kebenaran. Belakangan, para rasul ini menulis banyak perkataan dan tindakan Yesus. Tulisan Perjanjian Baru telah dipandang sebagai yang paling handal dari semua dokumen historis kuno dari sisi keotentikannya. (Lihat Yesus.doc).Para ahli telah mencatat bahwa Perjanjian Baru mengungkapkan obyektivitas yang membuat catatan para rasul tentang Yesus sangat bisa dipercaya. Mereka dengan jujur melaporkan apa yang mereka lihat dan dengar. Sejarahwan Will Durant menyatakan,
“Orang-orang ini bukanlah tipe yang akan dipilih untuk mengubah dunia“ Injil secara realistik mencatat perbedaan-perbedaan karakter mereka dan secara jujur mengungkapkan kesalahan-kesalahan mereka.[1]Ketika pertama kali bertemu dengan Yesus, para rasul tidak tahu siapa Dia sebenarnya. Namun, ketika mereka mendengar perkataan-perkataan kuatNya dan melihat Dia memulihkan penglihatan mata orang buta dan membangkitkan orang dari kematian, mereka mungkin mulai megingat-ingat nubuat-nubuat tentang Mesias yang merupakan Allah sendiri. (Yesaya 9:6; Mikah 5:2). Tapi ketika melihat Dia sekarat diatas kayu salib, Yesus terlihat kalah dan tanpa kekuatan (kuasa) apapun. Semua pikiran yang mungkin mereka punya bahwa Yesua adalah Allah langsung lenyap di kayu salib itu.
Kendati begitu, tiga hari setelah kejadian traumatis itu, orang, yang kelihatan tidak berdaya tergantung di kayu salib, secara ajaib tampil hidup dihadapan para pengikutNya. Dan Dia bangkit seutuh tubuhNya. Mereka melihat Dia, menyentuh Dia, makan bersama Dia, dan mendengar Dia berkata-kata tentang kebesaran posisiNya sebagai penguasa tertinggi alam semesta. Simon Petrus, salah satu murid terdekat Yesus, dan saksi mata, menulis,
“Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedaatngan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaranNya. Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormaan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepadaNya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.” (2 Petrus 1: 16, 17)BTapi apakah fakta bahwa para rasul melihat kebesaran Allah dan mendengar suara Allah melalui Yesus berarti mereka memandang Dia sebagai Allah? Pakar Perjanjian Baru A.H. McNeile memberi kita jawaban,
“…. tidak menunggu lama untuk melihat kehidupan Yesus kelihatan seperti kegagalan dan sumber rasa malu dibandingkan dengan kebesaran orang Kristen — tidak satupun individu disini dan di sana, tapi seluruh massa Gereja — mewarisi keyakinan penuh bahwa Dia adalah Allah.”[2]Jadi, apakah para rasul yang menulis Perjanjian Baru benar-benar percaya bahwa Yesus adalah Allah, atau mereka memandang Dia sebagai mahluk ciptaan. Jika mereka memandang Yesus sebagai Allah, apakah mereka juga melihat Dia sebagai Pencipta alam semesta, atau sesuatu yang lebih kecil atau kurang? Mereka yang menolak ke-Tuhan-an Yesus mengatakan para rasul berpendapat Yesus adalah ciptaan tertinggi Allah, dan hanya Bapa sendiri adalah Allah yang kekal. Jadi, untuk memperjelas apa yang mereka percayai terhadap Yesus, kita akan meneliti perkataan-perkataan mereka, dengan melontarkan tiga pertanyaan:
1. Apakah para rasul dan orang Kristen mula-mula menyembah dan berdoa kepada Yesus sebagai Tuhan?
2. Apakah para rasul mengajarkan Yesus adalah Pencipta yang ditulis di buku Kejadian (Perjanjian Lama)?
3. Apakah para rasul menyembah Yesus sebagai yang tertinggi di alam semesta?
Tuhan
Setelah Yesus naik ke sorga, para rasul mengejutkan orang Yahudi dan Romawi dengan memproklamirkan Yesus sebagai “Tuhan”.[3] Dan para rasul melakukan, yang tak terpikirkan sebelumnya dan menyembah Yesus, bahkan bersembahyang kepadaNya seperti kepada Allah. Stefanus berdoa,”Tuhan Yesus, terimalah nyawaku,” pada saat dia dilempari batu sampai mati. (Kisah Para Rasul 7:59).Orang percaya lain bergabung bersama Stefanus, yang bahkan menghadapi kematian, “tidak pernah seharipun …. untuk mengajar dan menyebarkan Injil Yesus (Kisah Para Rasul 5:42). Para rasul, sebagian besar martir, mewarisi pengetahuan mereka akan Yesus kepada bapa-bapa gereja yang membawa pesan mereka kepada generasi berikutnya.
Ignatius, murid Rasul Yohanes yang menulis kedatangan kedua Yesus, mengatakan, “Lihat Dia yang mengatasi waktu, Dia yang tidak terikat waktu, Dia yang tak terkalahkan.” Dalam sebuah surat kepada Polycarp dia menyatakan, “Yesus adalah Allah”, dan kepada orang Efesus dia menulis, “… Allah sendiri datang dalam bentuk manusia, untuk memperbaharui kehidupan kekal. ( Efesus 4:13)
Clement dari Roma (tahun 92), juga mengajarkan ke-Tuhan-an Yesus, mengatakan, “Kita berpikir Yesus Kristus adalah Allah.” (Korintus 1:1)
Polycarp, juga murid Yohanes, diadili dihadapan proconsul Romawi karena menyembah Yesus sebagai Tuhan. Pada saat kerumunan orang meminta dia dihukum mati, hakim Romawi meminta dia menyatakan Kaisar sebagai TUhan. Tapi Polycarp tetap bertahan, daripada mencabut pernyataannya bahwa Yesus adalah Tuhannya, menjawab:
“Delapan puluh enam tahun saya telah melayani Kristus, dan Dia tidak pernah memperlakukan saya dengan buruk. Bagaimana saya bisa menghujat raja saya yang telah menyelamatkan saya?”[4]Pada saat gereja mula-mula berkembang, Gnostik dan sekte-sekte lain mulai mengajarkan bahwa Yesus adalah mahluk ciptaan, lebih rendah daripada Bapa. Hal ini memuncak pada abad ke empat, ketika Arius, pengkhotbah populer dari Libya, mendesak banyak pemimpin bahwa Yesus bukanlah sepenuhnya Allah. Kemudian ditahun 325 di Dewan Nicaea (Council of Nicaea), para pemimpin gereja berkumpul untuk menyelesaikan isu apakah Yesus adalah Pencipta atau ciptaan belaka.[5] Para pemimpin gereja ini dengan suara hampir bulat (dari 318 uskup hanya 2 menolak) menegaskan kembali keyakinan lama orang Kristen dan ajaran Perjanjian Baru bahwa Yesus benar-benar sepenuhnya Allah.[6]
Pencipta
Dalam Kitab Kejadian, Allah diungkapkan sebagai Pencipta segala sesuatu mulai dari atom yang kecil sampai ruang angkasa dengan miliaran galaksinya. Jadi, bagi orang Yahudi akan jadi penghujatan jika berpikir malaikat atau ciptaan lainnya adalah Pencipta. Yesaya mengkonfirmasi bahwa Allah (Yahweh) adalah Pencipta.“Beginilah firman TUHAN, Yang Maha Kudus, Allah dan Pembentuk Israel …. Akulah yang menjadikan Bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya: tanganKulah yang membentangkan langit dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya. …. firman TUHAN semesta alam.”(Yesaya 45:11a, 12, 13b)Jadi, apakah para rasul berpendapat Yesus sebagai bagian dari ciptaan atau sebagai Pencipta.
Testimoni Yohanes
Ketika para murid Yesus memandang ke bintang-bintang di langit, mereka sama sekali tidak menyadari atau memimpikan Pencipta bintang-bintang itu ada bersama-sama mereka. Tapi setelah kebangkitanNya, mereka melihat Yesus dengan pandangan baru. Dan sebelum meninggalkan Bumi, Yesus mulai membuka misteri-misteri identitasNya kepada mereka.Sambil mengingat-ingat kata-kata Tuhan, Yohanes memulai Injilnya dengan mengungkapkan siapa Yesus itu:
“Pada mulanya adalah Firman (logos); Firman itu bersama-sama dengan Allah….. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak da suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.” (John 1:1, 3-4)Meski para ilmuwan sekarang percaya alam semesta dimulai dari kekosongan (ruang hampa), tapi mereka tidak bisa menjelaskan kepada kita siapa di sana yang memulai semuanya ini. Yohanes mengungkapkan sebelum penciptaan, “Firman itu sudah ada”, dan “bersama-sama Allah.”
Jadi siapa atau apa kondisi sebelum eksistensi Firman. Kalimat Yohanes menjelaskan siapa yang dia bahas: “Firman itu adalah Allah”.[7]
Sebagai orang Yahudi, Yohanes percaya pada Allah yant Esa. Namun Yohanes membicarakan dua entitas disini, Allah dan Firman. Saksi Yehova, yang mengajarkan bahwa Yesus adalah mahluk ciptaan, salah menterjemahkan kalimat ini dengan mengartikan Firman itu adalah tuhan (yang diciptakan) dan bukan Allah sendiri. Tapi ahli Perjanjian Baru F.F Bruce menulis bahwa, “menterjemahkan frasa itu sebagai ‘tuhan’ adalah kesalahan terjemahan yang menakutkan karena kelalaian itu sering terjadi dengan kata benda dalam konstruksi predikatif.”[8]
Jadi, Yohanes, atas ilham Roh Kudus, mengatakan kepada kita:
1. Firman itu sudah ada sebelum penciptaan.
2. Firman adalah Pencita yang menciptakan segala sesuatu.
3. Firman itu adalah Allah.
Sejauh ini, Yohanes telah mengatakan kepada kita bahwa Forman itu
kekal.
Menciptakan segala sesuatu, dan Dia adalah Allah. Namun dia
tidak menjelaskan kepada kita apakah Firman itu sebuah kuasa (kekuatan)
atau seorang pribadi sampai pada ayat ke 14.“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemulianNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. ” (Johanes 1:14).Disini, Yohanes jelas merujuk kepada Yesus. Lebih jauh, dalam surat pengembalaan dia mengkonfirmasikannya:
“Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup — itulah yang kami tuliskan kepada kamu. ”Yohanes menyatakan kepada kita “tidak ada sesuatu yang dijadikan yang tidak dijadikanNya”. Jika ketiadaan berada diluar diriNya, maka Yesus bukanlah mahluk ciptaan. Dan menurut Yohanes, Firman (Yesus) itu adalah Allah.
(1 Johanes 1:1).
Testimoni Paulus
Tidak seperti Yohanes, Rasul Paulus (sebelumnya bernama Saulus) adalah musuh besar dan penganiaya orang-orang Kristen, sampai akhirnya Yesus menampakkan diriNya dalam sebuah penglihatan. Bertahun-tahun kemudian, Paulus dalam surat kepada jemaat Kolose mengungkapkan apa yang dipelajari tentang identitas Yesus:“Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena didalam Dialah telah dicipatakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan…..” (Kolose 1:15-17 ).Paulus mengungkapkan beberapa hal penting dalam ayat-ayat itu:
1. Yesus adalah gambar Allah.
2. Yesus adalah “yang sulung” dari segala ciptaan.
3. Yesus menciptakan segala sesuatu.
4. Yesus adalah alasan penciptaan itu.
5. Yesus sudah ada sebelum segala sesuatu ada.
6. Yesus menciptakan segala sesuatu.
Dalam ayat 15, kata Yunani bagi “lahir-pertama” (protokos) berarti “terutama (tertinggi)” dan bukan berarti “lahir kemudian”.[10] Menurut Bruce, Paulus merujuk kepada “Keberadaan Kristus sebelum-eksistensi dan aktifitas kosmis penciptaan[11] Hal ini dijelaskan dalam ayat 16 yang mengatakan kepada kita bahwa segala sesuatu di alam semesta diciptakan melalui Yesus Kristus dan juga untuk Dia.
Dalam ayat 17 kita melihat Kristus yang kekal terus memelihara ciptaan. Menurut Paulus, setiap atom, tiap helai DNA, dan seluruh miliaran galaksi diatur oleh kekuasaan Yesus Kristus. Jadi, Yesus adalah Yang Satu darimana semua hal berasal, diciptakan untuk Yang Satu, dan Yang Satu memelihara semuanya.
Testimoni Ibrani (Yahudi)
Buku Ibrani di Perjanjian Baru[12] juga mengungkapkan Yesus sebagai Pencipta segala sesuatu. Kalimat pembukaannya merefleksikan perkataan Paulus kepada jemaat di Kolose,“Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan.”(Ibrani 1:1-3a)Sama seperti ungkapan Yohanes dan Paulus, penulis Ibrani menyatakan kepada kita bahwa sebelum Yesus menjadi manusia, Allah menciptakan alam semesta melalui Dia. Dan Ibrani juga menyatakan Yesus Kristus memelihara itu semua.
Ayat 3 membicarakan Yesus sebbgai “cetakan sempurna dan gambaran penuh sifat Allah.”[13] Kata Yunani disini berarti bahwa “Anak adalah kilau cahaya, larikan cahaya kemuliaan yang keluar dari kemuliaan Allah.[14] Dalam pernyataan ini, Yesus adalah “cetakan sempurna” dari Allah yang tak terhingga, mengkonfirmasikan bahwa para rasul percaya Yesus adalah sepenuhnya Allah.
Penulis Ibrani kemudian menyatakan kepada kita bahwa Yesus tidak saja lebih tinggi dari para nabi, tapi Dia juga jauh lebih tinggi dari para malaikat.
“Jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepadaNya jauh lebih indah dari pada nama mereka.” (Ibrani 1:4).John Piper menjelaskan kenapaYesus sangat superior diatas malaikat:
“Tidak ada malaikat di sorga yang menerima penghormatan dan kasih sayang seperti itu, yang diterima Anak dari Bapa yang kekal. Kendati malaikat begitu agung dan indah, mereka bukanlah pesaing Anak….. Anak Allah bukanlah malaikat …. bahkan bukan malaikat tertinggi. Malah Allah berkata,”Malaikat Allah menyembah Dia!” (Ibrani 1:6). Anak Allah pantas mendapat semua penyembahan yang bisa diberikan oleh sorga — dan juga dari kita.”[15]Penulis Ibrani kemudian mengungkapkan ke-Tuhan-an Yesus:
“Tetapi tentang Anak Ia berkata, “TahtaMu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya,….. (Ibrani 1:8)Belakangan di Kitab Ibrani kita mempelajari Yesus Kristus, “sama kemarin, hari ini, dan selamanya,” pernyataan jelas atas ke-Tuhan-an kekalNya. (Ibrani 13:8). Mahluk ciptaan tidak akan sama sekarang seperti kemarin, karena ada waktu dimana dia tidak ada. Akan sukar untuk memahami pernyataan-pernyataan dalam Ibrani diluar selain fakta bahwa Yesus adalah Allah yang dibicarakan di Perjanjian Lama, yang bersama-sama BapaNya dan Roh Kudus, menciptakan dunia.
Para rasul pasti tertarik untuk mengetahui bahwa mereka telah melihat Dia berdarah-darah tergantung di kayu salib Romawi adalah Dia yang menciptakan pohon yang dijadikan balok kayu untuk digunakan memakuNya.
Yang Esa
Orang Kristen mula-mula dituduh orang Romawi mencuri kemuliaan dari Kaisar, dan oleh pemuka yahudi merampok kemuliaan dari Allah (Yahweh). KeKristenan juga dikritik oleh sebagian orang karena “terlalu berfokus pada Yesus”. Tapi apakah itu yang dipikirkan oleh para rasul? Mari kita dengar lagi apa yang dikatakan Paulus dalam surat kepada jemaat Kolose mengenai Yesus.“…..Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari angara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.” Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia. (Kolose 1:18 – 19).Paulus menulis Allah berkenan menempatkan Yesus sebagai pribadi tertinggi di alam semesta. Namun di Perjanjian Lama dengan jelas diajarkan Allah tidak akan pernah menyerahkan posisi tertinggiNya kepada mahluk ciptaan (Deut. 6:4, 5; Ps. 83:18; Prov. 16:4; Is. 42:11). Yesaya berbicara dengan jelas akan ke-maha-tinggian Allah (Yahweh).
“Berpalinglah kepadaKu dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain. Demi Aku sendiri Aku telah bersumpah, dari mulutKu telah keluar kebenaran, suatu firman yang tidak dapat ditarik lagi: dan semua orang akan bertekuk lutut di hadapanKu, dan akan bersumpah setia dalam segala bahasa …..(Yesaya 45:22, 23)Tapi bagaimana Yesus dan Yahweh bisa sama-sama jadi Maha Tinggi (tertinggi). Mungkin ada petunjuk di Kitab Kejadian, dimana kata Ibrani yang digunakan untuk Allah Pencipta adalah majemuk (Elohim). Dan ketika Yesaya menegaskan Allah sendiri menciptakan segala sesuatu, kata Ibrani yang dipakai untuk Allah (Yahweh) juga sama majemuk. Dr. Norman Geisler menyimpulkan, “Berdasarkan Alkitabiah, ada lebih dari cukup bukti untuk menyimpulkan bahwa sifat dasar Allah yang digambarkan oleh firman-firman sebagai ke-esa-an dalam ke-majemuk-an.[16]
Paulus menggunakan kata yang sama kepada Yesus seperti yang Yesaya gunakan untuk Yahweh:
“Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia, Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama diatas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah akan mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah Bapa. (Filipi 2:6-11)
Firman di atas mengungkapkan bahwa sebelum Yesus menjadi manusia, Dia punya hak penuh akan ke-Allah-an. Paulus juga mengatakan kepada kita, “setiap lutut akan bertelut dan setiap lidah akan menyebut bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan.”
Lebih dari tujuh ratus tahun sebelum Kristus, Allah menyatakan, melalui Yesaya, bahwa hanya Dia saja adalah Allah, Tuha, dan Penyelamat.
……Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari padaKu. (Yesaya 43:10,11).
Kita juga diberitahu dalam Perjanjian Lama bahwa hanya Allah sendiri menciptakan alam semesta. Bahwa, “setiap lutuh akan bertelut dihadapan Dia.” Bahwa Dia adalah “Tuhan, Raja Israel.” “Penebus”. “Yang Pertama dan yang Akhir.” Daniel menyebutNya ” Hari-hari zaman dulu.” Zakariah membahasakan Allah sebagai, “Raja, Tuhan yang akan menghakimi bumi.”
Namun di Perjanjian Baru kita mendengar Yohanes menyebut Yesus sebagai “Juruselamat”, “Alfa dan Omega,” “Yang Pertama dan Yang Akhir,” “Raja diatas segala raja”, dan “Tuhan diatas segala tuhan.” Paulus mengatakan kepada kita “setiap lutut akan bertelut kepada Yesus”. Hanya kepada Yesus saja para rasul mengatakan kepada kita yang akan menghakimi akhir kekekalan kita. Yesus adalah Tuhan Maha Tinggi di alam semesta.
Packer berpendapat KeKristenan hanya akan masuk akal jika Yesus sepenuhnya Allah:
“Jika Yesus tidak lebih dari manusia sangat hebat dan baik, kesukaran-kesukaran untuk mempercayai apa yand dikatakan Perjanjian Baru kepada kita tentang kehidupan dan pekerjanNya akan benar-benar menggunung.
Tapi jika Yesus adalah pribadi yang sama dengan Firman yang kekal, pengantara Bapa dalam penciptaan. (Ibrani 1:2 ), tidak mengherankan jika tindakan-tindakan kuasa kreatif menandai kedatanganNya di dunia, dan kehidupanNya, dan ketika Dia meninggalkan dunia. Tidak mengherankan bahwa Dia, Penulis kehidupan, akan bangkit dari kematian …. Inkarnasi itu sendiri merupakan misteri tak terduga, tapi membuat semuanya masuk akal di Perjanjian Baru.”[17]
Kesimpulan
Jika Yesus adalah Yahweh, maka pesan Kristen adalah Allah sendiri datang ke dunia, membiarkan orang meludahiNya, mengejekNya, dan memakuNya di kayu salib sebagai pengorbanan tertinggi bagi dosa-dosa kita. Keadilan sempurna Allah hanya bisa dipenuhi oleh Allah sendiri sebagai bayaran bagi dosa kita dan ketidak-benaran kita. Bukan malaikat atau mahluk ciptaan yang bisa memenuhinya. Tindakan pemberian perlindungan semacam itu memperlihatkan kasih luar biasa besar Bapa dan juga betapa bernilainya kita bagiNya. (Lihat “Kenapa Yesus?”) . Dan inilah yang persis diajarkan oleh para rasul dan dengan tekun dikhotbahkan.Dalam kata-kata perpisahan dengan para tetua Efesus, Paulus mendorong mereka untuk “mengembalakan gereja Allah, yang sudah dibeliNya dengan darahNya sendiri. (Kisah Para Rasul 20:28). Paulus mengaungkan kembali nubuatan Nabi Zakharia ketika Allah (Yahweh) berkata:
“Pada waktu itu TUHAN akan melindungi penduduk Yerusalem, …… dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedi seperti orang menangisi anak sulung.” (Zakharia 12:8a, 10b).Zakharia mengungkapkan yang ditikam di kayu salib bukan yang lain selain Allah sendiri. Jadi kita lihat Yesus Kristus menyatukan Perjanjian Lama dan Baru seperti instrumen musik berbeda yang berharmoni untuk menciptakan simfoni yang indah. Untuk itu, kalau Yesus itu bukan Allah maka KeKristenan kehilangan tema sentralnya. Tapi jika Yesus adalah Allah, semua doktrin utama Kristen cocok satu dengan yang lain seperti potongan-potongan teka-teki. Kreeft dan Tacelli menjelaskan,[18]
• “Jika Kristus adalah Tuhan, maka
inkarnasi, atau ‘mendagingnya’ Allah, adalah peristiwa paling penting
dalam sejarah. Itu titik balik sejarah. Itu mengubah segalanya.”
• “Jika Yesus adalah Allah, maka
ketika Dia mati di kayu salib, Tidak ada peristiwa dalam sejarah yang
lebih penting bagi setiap orang di bumi daripada kejadian itu.
- “Jika Kristus adalah Allah, maka, karena Dia mahakuasa dan hadir sekarang ini, Dia bisa mengubah anda dan hidup anda sekarang juga dan bukan apapun atau siapapun bisa melakukannya.”
- “Jika Kristus adalah Tuhan, Dia punya hak atas seluruh hidup kita, termasuk jiwa dan pikiran kita.”
“Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus.” [19] (Titus 2:11-13 ).