Kanjeng Ratu Kidul adalah sosok
kontroversial. Keberadaan dan sosoknya yang misterius kerap dinafikan
sekaligus dicari-cari orang. Kontroversi ini disebabkan Kanjeng Ratu
Kidul adalah makhluk halus yang hidup di alam limunan (gaib) sehigga
sukar untuk membuktikanya secara ilmiah dan rasional.
Meskipun demikian, bagi
masyarakat Jawa, sosok Kanjeng Ratu Kidul merupakan simbol yang hidup di
tengah-tengah budaya. Riwayat legendanya diteruskan dari generasi ke
generasi seiring dengan perkembangan sejarah dan budaya Jawa. Banyak
versi tentang kisah Kanjeng Ratu Kidul, yang umumya selalu diceritakan
melalui cerita lisan. Seperti kisah perkawinan gaib Kanjeng Ratu Kidul
dengan panembahan senopati hingga keturunan-keturunannya.
Buku Kanjeng Ratu Kidul dalam
Perspektif Islam Jawa ini, mengupas Kanjeng Ratu Kidul dari perspektif
islam Jawa. Dimana ia dihidupkan dan dielu-elukan masyarakat Jawa hingga
sosoknya begitu melegenda di tengah-tengah masyarakat Jawa pada umumya.
Kanjeng Ratu Kidul merupakan
bagian dari fenomena alam gaib. Walaupun ia bukanlah satu-satunya
makhluk gaib yang masuk dalam kerangka rukun keimanan bagi agama islam,
namun ia adalah salah satu dari eksistensi barzakhi serta ruhi yang
termasuk dalam dimensi kegaiban. Dalam pandangan orang jawa, Kanjeng
Ratu Kidul merupakan bentuk kesadaran tentang adanya kehidupan lain
dibalik kehidupan jasmani.
Oleh karenanya, keyakinan
terhadap eksistensi dan posisnya oleh orang jawa dihayati sebagai salah
satu wujud keyakinan terhadap alam dan makhluk halus (gaib), sebagaimana
keyakinan terhadap malaikat, jin, roh dan sebagainya.
Maka yang perlu dibenahi adalah
konteks aplikasi dari keyakinannya yang membutuhkan kerja keagamaan
untuk meluruskan beberapa hal yang masih bengkok dalam aspek
keberagamaan. Misalnya, kerjasama dengan jin, menggunakan jasa dari jin
dan roh yang sesat, jelas hal tersebut dilarang baik oleh agama maupun
dalam sistem keyakinan orang Jawa.
Tentu saja dalam beberapa hal
tetap terdapat konteks yang menjadi kontroversi, terutama jika dilihat
dalam perspektif keagamaan. Dalam hal ini, dibutuhkan kearifan dan
saling penghargaan terhadap adanya perbedaan pendapat, keyakinan dan
ekspresi keagamaan masing-masing. Jika dilihat dari perspektif sufisme,
eksistensi Kanjeng Ratu Kidul adalah suatu hal yang biasa-biasa saja,
yakni sebagai makhluk yang mendiami nomena dibalik alam yang kasat mata.
Adapun untuk kalangan masyarakat
Jawa yang masih “awam”, eksistensi Kanjeng Ratu Kidul merupakan salah
satu bentuk keyakinan adanya dimensi alam halus, yang haru disikapi
dengan cara “pergaulan yang sehat dan baik”, yakni sebagai wujud saling
pengertian tentang eksistensi masing-masing, keduanya dalam kosmos ini.
Menurut orang Jawa, jika keberadaan makhluk halus dihargai maka mereka
juga akan menghargai eksistensi manusia serta merasa ikut mewujudkan
kebaikan bagi alam dan eksistensi manusia.
Buku ini mencoba membedah
berbagai aspek tentang eksistensi Kanjeng Ratu Kidul, dari aspek
geneologi keyakinan, asal usul Kanjeng Ratu Kidul, hubungan khusus
antara Kanjeng Ratu Kidul dengan para raja di Yogyakarta dan Surakarta,
rahasia mistik dan makna spiritual dari berbagai ritual yang
dilaksanakan masyarakat yang dikaitkan dengan eksistensi Kanjeng Ratu
Kidul, serta kaitan antara keyakinan terhadap Kanjeng Ratu Kidul dengan
jalan mistik dan makrifat.
Dengan demikian, dapat
dinyatakan bahwa dalam konteks ikonografi dan simbolisme spiritual,
tokoh Kanjeng Ratu Kidul tidak terpisah dari pola ajaran kemakrifatan
manunggaling kawula gusti dari kalangan muslim Jawa.