Jangan Di Klik Link Dibawah

Home » » Karya ilmiah, menulis tradisi mahasiswa

Karya ilmiah, menulis tradisi mahasiswa

KARYA ILMIAH
JADIKAN MENULIS SEBAGAI TRADISI MAHASISWA


OLEH
ANSAR SALIHIN
NIM: 04122010






INSTITUTE SENI INDONESIA
PADANGPANJANG
2010/2011


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapakan rasa syukur kepada Allah SWT. Atas rahmat dan ridha Allah SWT sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah ini yang berjudul “ jadikan menulis sebagai tradisi mahasiswa
Tujuan pembuatan makalah karya ilmiah ini untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah dalam acara die natualis ulang tahun kampus yang ke 45 institut seni Indonesia padangpanjang
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan belajar bagi penulis dan semua orang, “Amin” dan apabila ada kesalahan di makalah ini kepada pembaca mahon diperbaikai, baik dari segi tulisan, kalimat maupun maknanya.
Wassalam
                                                    
         Padang panjang 08, Desember 2010


                                                                                           Penulis

                                                                              Ansar salihin


               







Daftar Isi
Kata pengantar……………………………………………………………......1
Daftar isi………………………………………………………………………..2
Pendahuluan……………………………………………………………………3
Latar belakang…………………………………………………………………3
Maksud dan tujuan……………………………………………………………4
a.a.  Maksud……………………………………………………………4
a.b. Tujuan……………………………………………………………..5
b. Tinjauan Pustaka…………………………………………………...5
Data, Fakta dan Analisa……………………………………………….……....6
a. Data…………………………………………………………….….…6
b. Fakta dan Analisa………………………………………..….….….7
Rencana Pemngembangan…………………………………….………….…...9
Penutup……………………………………………………….…………………10
a.       Kesimpulan…………………………………………………………10
b.      Saran…………………………………………………………………11
Daftar pustaka…………………………………………………………………..12




PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menulis adalah bagian dari media berekspresi. Seseorang menulis karena ingin menuangkan ide yang telah menumpuk dalam pikirannya. Banyak orang tertarik dalam bidang tulis menulis salah satunya ingin menjadi seseorang yang dikenal. Terlepas dari hal itu, menulis adalah suatu kegiatan positif yang mendayagunakan kata-kata. Seseorang yang tidak dapat menuangkan ide-ide secara lisan dapat mengungkapkannya melalui tulisan.
Mahasiswa sebagai generasi bangsa yang dihadapkan dengan ilmu pengetahuan yang berlimpah bisa menjadi modal dalam membudayakan  bangsa menulis. Setelah tersaji  pengetahuan yang tanpa batas tinggal bagaimana para mahasiswa menyikapinya. Jadi membudayakan menulis sekaligus pencerdasan bangsa.
Mahasiswa pada saat sekarang ini, banyak yang tidak mampu menulis. Yang dimaksudkan menulis disini adalah menulis karya ilmiah, karya tulis ilmiah dan menulis karya lainya. Mahasiswa disibukkan dengan kegiatan-kegiatan organisasi dan kegiatan lainya, sehingga kebanyakan mahasiswa dididik hanya mampu berbicara saja.  Sedang apa yang dibicarakanya tidak mampu untuk dituliskanya, dan tidak mampu menyampaikan pengetahuannya malalui tulisan. Hanya sebagian kecil mahasiswa yang mampu menyampaikan pengetahuan dan apresiasinya melalui tulisan.
Setiap universitas dan perguruan tinggi selalu menuntut mahasiswa agar mampu untuk menulis. Seperti kegiatan belajar mengajar dalam kuliah, dosen sering memberikan tugas kepada mahasiswa untuk membuat makalah. Begitu juga dengan tugas akhir mahasiswa selalu dipertanggung jawabkan dengan karya tulis yang berupa skripsi. tapi mahasiswa sering bermalas-malasan untuk menulis, bukan mahasiswa tidak mempunyai kemampuan tapi mereka tidak mempunyai kemauan menulis.
Banyak faktor yang menyebabkan banyak mahasiswa tidak suka dengan menulis. Salah satunya yaitu phobia menulis. Tidak jarang mahasiswa merasa khawatir  bila nanti tulisan-tulisan yang dibuatnya dinilai jelek oleh pembacanya. Itu sama sekali bukanlah masalah yang besar. Semuanya butuh proses, tinggal bagaimana kemauan dari mahasiswanya itu sendiri.
Menulis itu tidaklah sesulit yang sebagian orang bayangkan. Ketika ada orang yang berkata “saya tidak bisa menulis” itu adalah kesalahan pertama yang menjadikan dirinya semakin tidak mau untuk menulis. Selama dirinya masih bisa bertutur (ngobrol) tentu menulis pun pasti bisa, karena menulis itu sendiri tak ubahnya bertutur.
Dari permasalahan mahasiswa diatas dalam bidang menulis. supaya meningkatnya motivasi menulis bagi mahasiwa, sehingga disini penulis membuat sebuah karya tulis ilmiah dengan judul “jadikan menulis sebagai tradisi mahasiswa”  yang sesuai dengan tema “ kecintaan menulis menumbuhkan minat baca bagi mahasiswa.

Maksud dan tujuan
a.      Maksud
Mengingat banyaknya manfaat kegiatan menulis. Budaya menulis tentu perlu ditumbuh kembangkan, terutama di kalangan mahasiswa. Dengan maksud dan tujuan sebagai berikut:
a.       Kegiatan menulis sejatinya adalah tradisi intelektual bagi mahasiswa. Karena dengan membiasakan diri untuk menulis akan sangat baik untuk melatih daya ingat. Menulis adalah berguna untuk mengikat wawasan dan ilmu yang kita dapatkan agar tidak lepas begitu saja. Lebih sering kita menulis a­kan lebih banyak ilmu dan wawasan yang kita ikat.
b.      Dengan adanya kecintaan menulis pada diri mahasiswa maka dapat menumbuhkan minat baca bagi mahasiswa
c.       Supaya timbulnya pada diri mahasiswa kegemaran untuk menulis
d.      Mahasiswa tidak hanya mempunyai kemampuan untuk berbicara saja tapi mampu juga membuktikan kebenaranya dengan tulisan
e.       Dengan adanya kecintaan mahasiswa menulis maka semakin banyak serjana nantinya yang menjadi penulis-penulis dan sastrawan, sehingga bukan hanya sastrawan yang bisa menulis dan menciptakan karya tulis. Tapi, serjana lainya juga mampu menulis menciptakan karya seni
f.       Ada banyak alasan mengapa mahasiswa harus mau menulis. Diantaranya dari tulisan-tulisan yang telah dibuat biasanya akan dapat merepresentasikan bagaiaman pola pikir dari si penulisnya. Apa wacana  yang dibawa oleh si penulis terlihat dari bentuk-bentuk tulisannya sehingga menunjukan wawasan dan dinamika yang dimiliki si penulis.

b.      Tujuan
Ø  Meningkatkan motivasi untuk menulis dan membaca
Ø  Meningkatkan kemampuan menulis karya tulis ilmiah
Ø  Mendorong pada diri pribadi untuk mencintai menulis dan mencintai tulisan pribadi
Ø  Meningkatkan kemampuan untuk memperbanyak kosa kata
Ø  Meningkatkan budaya menulis dalam kehidupan sehari-hari dan dijadikan sebagai tradisi dalam kehipan
Ø  Memberi motivasi kepada mahasiswa untuk mencintai menulis dan meningkatan motivasi membaca

Tinjauan pustaka
            Atmazaki. 2006. Kiat-Kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia. Buku ini penulis pergunakan untuk pedoman langkah-langkah pembuatan karya tulis ilmiah, pedoman untuk penggunaan tanda baca dan ejaan dalam kata dan kalimat, dan pedoman kiat-kiat mengarang dan menyuting isi tulisan.
            Gary Provost. 1999. Cara Meningkatkan Kemampuan Menulis. Semarang: Dahara Prize. Buku ini dipergunakan untuk pedoman memperbaiki tulisan, pedoman membentuk kalimat dan paragraf, pedoman mengembangkan paragraf, dan buku ini dipergunakan podoman untuk langkah-langkah pembuatan karya tulis ilmiah











DATA, FAKTA DAN ANALISA
Data-data
Data yang dari Prof. Dr. H. Imam Soeprayogo, Rektor UIN Maliki Malang
Menulis adalah kegiatan yang memberdayakan diri sendiri dan orang lain. Karena ide, pemikiran, hal baru, sejarah, ataupun cerita dapat disampaikan kepada orang lain secara lebih luas melalui media tulisan.  Kesempatan besar untuk menyebarkan ide dan pemikiran perlu didukung dengan kemampuan menuliskan dan menyampaikan dalam bentuk tulisan secara baik.
Mahasiswa selayaknya terlatih untuk menulis sejak sekolah dasar dan menengah. Bekal itu berguna di bangku kuliah ketika mereka dituntut melakukan analisis, dan berpikir kritis. Hasil pengamatan dan analisis kemudian dituangkan dalam tulisan yang bersifat ilmiah. Memang ada jenis tulisan yang tidak ilmiah, tetapi dalam kerangka akademik, mahasiswa diberdayakan untuk menulis karya tulis ilmiah.

 Data yang diperoleh dari dodi faedllullaoh. Seringkali kita dengar bahwasanya mahasiswa adalah orang-orang yang mempunyai nalar kritis yang luar biasa. Sejarahpun mencatat bahwa gerakan-gerakan mahasiswa mampu menjadi pelopor dalam setiap aksi membela rakyat.Bahkan salah satu rezim otoritarian pernah berhasil diruntuhkan oleh gerakan mahasiswa.

Sebagai calon pemimpin patutlah memiliki kemampuan-kemampuan yang mumpuni. Retorika-retorika yang sering sekali diteriakan bisa menjadi salah satunya. Namun itu tidak cukup. Ada hal yang juga harus menjadi standar kemampuan para mahasiswa selain kepandain dan kemampuan mereka dalam berbicara yakni menulis.
Memang tidak seperti aksi-aksi demonstrasi, menulis masih menjadi suatu kegiatan yang miskin peminatnya. Kegiatan menulis tidak terlalu membumi dikalangan mahasiswa. Adapun menulis menjadi suatu pilihan terpaksa bilamana ada tugas-tugas kuliah yang mesti dikerjakan. Itupun belum jaminan mahasiswa akan menulis. Dewasa ini, dengan merebaknya serangan teknologi semacam internet, tidak sedikit dari mahasiswa yang lebih memilih jalan instan, semuanya cukup dengan copy-paste .
Dengan menulis kita sebenarnya bisa mengembangkan apa yang ada dalam benak dan hati kita yang kemudian dituangkan dalam media dengan rangkaian kata-kata. Diksi yang diambil tak perlulah berat namun tetap harus informatif. Karena menulis memang bukan ajang gaya-gayaan agar terlihat intelek. Menulis bisa menjadi media penyalur aspirasi atau luapan perasaan si penulis dengan begitu orang lain bisa menjadi tahu apa yang ada dalam persaan kita.
Fakta-fakta dan Analisa
Dalam sejarah pendidikan menerangkan bahwa bangsa Parsi Kuno dahulu, dikenal menjadi maju ilmu pengetahuannya tatkala berhasil menggerakkan bangsanya dalam tulis menulis. Ukuran kecerdasan seseorang di negeri itu dilihat dari kemampuannya dalam menulis atau mengarang. Sehingga untuk menguji para siswanya dilakukan dengan cara memberikan tugas untuk membuat karangan. Dalam ujian akhir suatu jenjang pendidikan, para siwa dimasukkan ke ruang yang telah disiapkan, kemudian mereka ditugasi untuk membuat karangan.
Begitulah pentingnya budaya menulis bagi generasi bangsa. Suatu bangsa tidak bakalan maju apabila para penulis tidak ada lagi di dalam bangsa atau Negara tersebut.  Di  Indonesia pada kenyataanya saat sekarang ini, dalam dunia pendidikan terutama di SMP dan SMA sangat jarang diajarkan budaya untuk menulis terutama karya tulis ilmiah, para siswa dihadapkan dengan soal-soal latihan sesuai kurikulum, diberi ujian pilihan ganda, sangat jarang seorang guru memberi tugas berbentuk karangan. kecerdasan siswa tidak dididik dengan menulis tapi dididik dengan berfikir saja.
Begitu juga dengan mahasiswa pada saat sekarang ini, mahasiswa lebih banyak ditekankan untuk berbicara daripada menulis. Sebenarnya keduanya sangat berkaitan dengan adanya  kecintaan menulis maka timbul juga kecintaan membaca, sehingga pengetahuan lebih luas dan berbicara didepan umum bisa lebih baik dan sesuai dengan fakta dan bisa dipertanggung jawabkan melalui bacaan dan tulisan.
Menulis itu tidaklah sesulit yang sebagian orang bayangkan. Ketika ada orang yang berkata “saya tidak bisa menulis” itu adalah kesalahan pertama yang menjadikan dirinya semakin tidak mau untuk menulis. Selama dirinya masih bisa bertutur (ngobrol) tentu menulis pun pasti bisa, karena menulis itu sendiri tak ubahnya bertutur.
Mengingat banyaknya manfaat kegiatan menulis, budaya menulis tentu perlu ditumbuhkembangkan. Namun untuk menumbuhkan kebudayaan tersebut hal yang pertama kali yang harus dimiliki yaitu menumbuhkan dulu kecintaan dan kebiasaan kita dalam hal membaca. Sebab dibutuhkan kemampuan ataupun kecerdasan bahasa guna mengungkapakan pemikiran agar ketika menulis, seorang penulis dapat dengan mudah dalam hal pemilihan kata yang tepat didalam tulisannya. Dan membaca merupakan solusinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak juga kata-kata yang bisa diproduksi.
Suatu fenomena yang terjadi saat ini adalah, menulis ibarat sebuah momok yang menakutkan. Padahal dalam menempuh pendidikan, kita tidak dapat melepaskan aktivitas kita dari kegiatan membaca dan menulis. Seringkali kita menemukan, banyaknya jumlah mahasiswa yang harus tertunda kelulusannya karena terkendala dalam tugas akhirnya dalam penulisan skripsi.
Ada satu kejadian menarik yang pernah dialami oleh penulis. Ketika dikelas, seorang dosen bertanya tentang suatu hal yang terkait dengan mata kuliah namun tak ada satu-pun yang mampu menjawab. Pada akhirnya sang dosen tersebut menyuruh para mahasiswa-nya untuk menulis jawabannya di selembar kertas saja. Ternyata pasca suruhan tersebut, walau hanya untuk satu pertanyaan saja para mahasiswa menuliskan jawaban dikertasnya masing-masing dengan jawaban yang bisa dikatakan panjang, sekitar hampir satu halaman kertas terisi. Penulis berpikir ini terjadi karena memang tidak semua kata bisa diucapkan, maka dengan lewat menulislah bisa dijadikan alternatif saat terjadi kebisuan lisan menimpa kita.







RENCANA PENGEMBANGAN
Menulis juga ibarat sedang mengukir sejarah. Bisa jadi apa yang telah kita tuangkan dalam tulisan akan menjadi bukti sejarah. Suatu hari nanti para penerus kita menemukan tulisan-tulisan yang telah kita buat dan dijadikan referensi dalam menatap jejak kejadian-kejadian yang terjadi dimasa lalu dalam tulisan kita. Tulisan membuat kita akan dikenang oleh zaman dan juga bisa bisa mewariskan cita-cita dan perjuangan kita kepada generasi penerus.
Mengapa mahasiswa harus menulis? Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Bangsa menuntut mahasiswa untuk menulis, karena apabila para penulis sudah tidak ada lagi siapakah yang akan penggantinya. Yang pasti salah satunya adalah mahasiswa. Karena tulisan-tulisan yang dihasilkan mahasiswa mempunyai intelektual yang tinggi dan sangat bermafaat bagi perkembangan suatu bangsa dan negara.
Di sini mahasiswa dituntut menulis bukanya hanya diwaktu kuliah saja, dan bukan hanya menulis sesuia bidang dengan akademiknya. Tetapi bangsa dan negara menuntut mahasiswa setelah selesai kulyah bisa menghasilkan tulisan-tulisan, baik itu buku, majalah, berita di Koran, dan sebagainya yang sesuai dengan keahliannya. Yang dapat bemanfaat bagi kehidupan bangsa dan negra.
Yang bertanggung jawab terhadap terhadap tulisan, sejarah, peristiwa dan juga bahasa dan sastra bukan hanya hanya sejarahwan, sastrawan, ahli bahasa dan sebagainya. Tetapi, yang bertanggung jawab terhadap menulis adalah semua ong yang termasuk didalamnya adalah mahasiswa. Jadi kepada mahasiswa tingkatkanlah budaya menulis. Supaya nanti apabila tidak ada lagi penulis di dunia ini kata dapat menggantikannya sebagai penerus bangsa.





PENUTUP
1.      Kesimpulan
Dari paparan diatas menjadi jelas bahwa sekarang tak ada alasan lagi untuk tidak menulis karena menulis sudah menjadi suatu keharusan. Mari membudayakan menulis dalam kehidupan kita, jadikan ini sebagai tradisi mahasiswa si calon pemimpin bangsa. Ada banyak media yang bisa dijadikan tempat  publikasi tulisan-tulisan kita. Saat ini teknologi berkembang pesat, taruh saja tulisan kita dalam fasilitas note di akun facebook kita atau yang sudah menjadi life style banyak orang semacam blog pribadi. Dengan begitu sebenarnya kita bisa lebih independen dan leluasa dalam menulis.
Para mahasiswa yang sudah berlatih untuk membiasakan diri menulis, maka sebenarnya yang bersangkutan sudah berlatih banyak hal terkait dengan intelektualnya, sosialnya, dan bahkan juga emosionalnya. Saya seringkali mengatakan bahwa, kehebatan seseorang, terutama di bidang ilmu-ilmu sosial, maka sebenarnya bisa diketahui dari dua hal, yaitu pertama, bagaimana hasil tulisannya selama itu. Dan kedua, dari bagaimana cara berbicaranya. Seseorang yang tidak pernah menulis dan berbicara dengan baik, maka ia tidak bisa diketahui sejauh mana kemampuan intelektualnya.
Untuk menumbuhkan kecintaan terhadap menulis hal yang pertama kali yang harus dimiliki yaitu menumbuhkan dulu kecintaan dan kebiasaan kita dalam hal membaca. Sebab dibutuhkan kemampuan ataupun kecerdasan bahasa guna mengungkapakan pemikiran agar ketika menulis, seorang penulis dapat dengan mudah dalam hal pemilihan kata yang tepat didalam tulisannya. Membaca merupakan solusinya. Semakin banyak buku yang dibaca, semakin banyak juga kata-kata yang bisa diproduksi.
Dipenghujung tulisan ini, sekali lagi penulis mengingatkan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin kepandaian beretorika tidaklah cukup, harus ada sinergi dengan kemampuan dalam menulis. Menulis itu sama sekali tidak sulit, asal ada kemauan dan motivasi untuk menulis, itu saja. Akhir kata sebagai penutup dari penulis, ada satu ajakan untuk semua mahasiswa diseluruh penjuru negeri ini, “Mari jadikan menulis sebagai tradisi mahasiswa!”


2.      Saran-saran
Ø  Mahasiswa yang cerdas bukan hanya mempunyai kemampuan untuk berbicara, tapi juga mempunyai kemampuan untuk menulis,
Ø  Bagi seluruh mahasiswa tingkatkanlah budaya menulis dan jadikanlah menulis sebagai terdisi dan kebisaan sehari hari,
Ø  Jangan pernah ragu untuk menulis, karena seburuk apapun tulisan kita itu adalah karya kita sendiri
















Daftar Pustaka
Atmazaki. 2006. Kiat-Kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia
              Gary Provost. 1999. Cara Meningkatkan Kemampuan Menulis. Semarang: Dahara Prize
http://chandrasilaen.wordpress.com/2010/07/24/budaya-menulis/

 
DUNIA ILMU :Jendela Informasi Dunia
Copyright © 2014. DUNIA ILMU - All Rights Reserved