Kendalikan pikiran ke arah positif, maka kita tidak menjadi sosok
emosional melainkan faktual. Hidup kita akan bahagia, percaya diri,
optimis, dan penuh gairah.
Pikiran merupakan kekuatan paling menakjubkan yang dianugerahkan Tuhan
kepada manusia. Dengan kekuatan pikiran, manusia mampu menembus dasar
bumi, menyelami kedalaman samudra, dan menjelajahi angkasa luar.
Dengan kekuatan pikiran, manusia melahirkan ilmu-ilmu pengetahuan,
membangun harapan-harapan baru, dan membuat mimpi-mimpi menjadi kenyataan.
Bahkan, dengan kekuatan pikiran, kualitas hidup seseorang bisa
ditentukan.
Para pakar kejiwaan memandang pikiran sebagai faktor terpenting bagi
kehidupan manusia. Hampir semua sistem kehidupan kita, gerak
tubuh,suasana hati, bahkan hidup kita, dikontrol oleh pikiran. Ketika kita melihat
pacar atau pasangan kita berjalan di depan kita, pikiran kita mungkin
akan memerintahkan mulut kita untuk menegurnya, menyuruh kaki kita
mempercepat langkah, atau meminta kita untuk tidak melakukan apa- apa.
Demikian pula halnya dengan perasaan kita, dengan informasi yang
terkumpul di otak, pikiran memberikan perintah-perintah khusus kepada
"hati" untuk menentukan suasana yang diinginkan. Umpamanya,
suatu hari kita ditinggal kekasih, pikiran kita akan memilih
informasi-informasi yang berhubungan dengan kehidupan cinta kita
dengannya, yang terekam oleh otak. Katakanlah pikiran kita memilih
informasi yang berhubungan dengan hal-hal indah, yang pernah kita
alami bersamanya. Pikiran kita akan mengolahnya dan menghasilkan
instruksi, umpamanya, kita menyesal dan sedih karena semua keindahan
itu harus berakhir.
Instruksi akan diteruskan ke "hati" melalui perangkat psikologis
kita, dan perasaan kita pun menjadi sedih. Sebaliknya, apabila
pikiran kita memilih informasi-informasi yang berhubungan dengan hal- hal
menyebalkan dari si dia, umpamanya hidung peseknya, kebiasaan buruknya,
atau kesukaannya berutang, pikiran kita akan mengolahnya menjadi
instruksi bahwa kita senang dan bahagia karena mimpi buruk itu telah
berakhir. Hati kita pun senang karenanya.
**Faktual dan sensitif
Bila pengaruh pikiran sangat kuat terhadap perasaan kita, berarti kita
orang faktual, orang yang selalu bertindak atau bersikap berdasarkan
fakta. Tetapi bila pengaruh pikiran sangat lemah terhadap perasaan
kita, maka kita termasuk orang sensitif.
Orang faktual biasanya lebih mampu mengendalikan perasaan. Soalnya,
pikirannya mampu mengolah fakta-fakta yang terekam di otak secara
lebih mendetil sebelum dimasukkan ke "hati". Sebaliknya, orang
sensitif akan cenderung emosional, karena biasanya pada saat merespons
realitas yang tengah dihadapi, pikirannya tidak mengolah
kembali fakta-fakta yang terekam di otak, akan tetapi langsung
memasukkannya ke dalam "hati" apa adanya. Ia mengolah informasi
dengan perasaannya.
Untuk memperjelas, ambilah contoh seseorang tanpa sengaja melihat
kekasihnya tengah duduk berdua dengan orang lain yang berlainan jenis
kelamin dan tidak ia kenal. Bila dia orang sensitif, otaknya merekam
semua kejadian yang dilihatnya. Pikirannya tidak mengolah melainkan
langsung meneruskannya ke dalam "hati" untuk diolah.
Karena "hati"- nya yang mengolah, ia mungkin segera mendatangi mereka
dan tanpa babibu langsung melayangkan bogem mentah.
Sebaliknya, bila ia seorang faktual, kejadian-kejadian tadi direkam
di otaknya, diolah terlebih dahulu oleh pikiran sebelum diteruskan
ke "hati". Pikirannya akan membuat pertimbangan-pertimbangan yang
diperlukan. Bila kekurangan data, maka ia akan menghasilkan
kemungkinan-kemungkinan lain. Misalnya, kemungkinan orang lain itu
adalah saudara atau sahabat kekasihnya. Atau mungkin pula teman
selingkuh kekasihnya. Kemungkinan-kemungkinan itu kemudian diteruskan
ke "hati" sebagai perasaan ingin tahu. Karena pertimbangan pikiran
inilah ia mungkin akan mendekatinya untuk mencari tahu hal sebenarnya,
ketimbang langsung menghakimi.
Proses itulah yang menyebabkan orang faktual cenderung tenang, penuh
perhitungan, dan mampu mengendalikan diri.
Sebaliknya, orang sensitif cenderung cepat gelisah, tergesa-gesa dalam
mengambil kesimpulan, tidak sabar, dan sukar mengendalikan diri.
**Persepsikan kenyataan secara positif
Dengan pengoptimalan pikiran, kita dapat mengendalikan perasaan dan
juga kehidupan ke arah yang kita inginkan. Dengan pikiran kita dapat
mengubah perasaan sedih menjadi perasaan senang, takut menjadi berani,
minder menjadi percaya diri, pesimis menjadi optimis, atau bosan
menjadi penuh gairah. Maka tidak salah bila seorang filsuf, Marcus
Aurelius, memiliki pandangan bahwa "Hidup kita ditentukan oleh pikiran".
Kalau berpikir tentang hal-hal menyenangkan, maka kita akan menjadi
senang. Jika memikirkan hal-hal menyedihkan, kita akan sedih. Begitu
pula bila berpikir soal hal-hal menakutkan kita akan menjadi takut.
Rasanya memang sulit dipercaya. Namun, itulah adanya. Stanley R.
Welty, Presiden Wooster Brush Company, berpendapat, "Pada saat keluar
rumah di pagi hari, kita sendirilah yang menentukan apakah hari itu
akan jadi baik atau buruk, karena tergantung bagaimana kita menjalankan
pikiran kita. Dapat tidaknya kita menikmati hari itu sangat tergantung
pada cara kita berpikir."
Kalau merasa kantung kita menipis, lalu mengeluh seakan-akan kita
orang paling sial, bisa jadi hari itu menjadi hari paling
membosankan. Tapi bila kita bangun pagi, memandang keluar jendela dan melihat
bagaimana burung-burung bersiul menyambut pagi sambil
merasakan kesejukan embun, tanpa mempedulikan kantung yang semakin
kempis, mungkin kita akan mendapati hari itu sebagai hari baik.
Bagaimana pun cuaca hari itu, bagaimana pun beratnya masalah yang
dipikul hari itu, pikiranlah yang menentukan kehidupan kita. Yang
kita pikirkan ketika itu, itulah hidup kita.
Yang bisa dilakukan adalah mengendalikan pikiran.
Jangan biarkan pikiran kita membuat perasaan menjadi tidak enak.
Senantiasa persepsikan kenyataan secara positif.
"Bila perlu berusahalah tersenyum dalam menghadapi situasi sesulit
apa pun. Ada saat-saat di mana kita harus pasrah dan tertawa. Humor
dalam hidup ini sangat penting. Jangan lupa bahwa hal-hal sederhana
ini dapat membantu Anda mempertahankan perspektif," kata Dale
Carnegie, pendiri Dale Carnegie & Associates.
Bila dalam kesedihan kita mencoba tersenyum, sebenarnya kita tengah
mencoba melepaskan diri dari perasaan sedih itu. Saat itu kita tengah
menetralkan perasaan negatif di dalam diri. Hal ini sangat baik dan
bisa membantu agar kita tidak terlalu larut dalam duka.
Demikian pula ketika tengah dihadapkan pada masalah-masalah berat,
senyum kita sedikit banyak akan membantu melepaskan ketegangan.
Selanjutnya, biarkan diri relaks, pandang kenyataan di hadapan kita
secara positif, karena dengan begitu kita bisa mengambil hikmah dari
apa yang tengah dihadapi. Lalu pikirkan hal-hal yang dapat
mengembalikan kegembiraan kita.
"Kalau ada masalah, relakslah. Santai saja. Pikirkan saja apa yang
akan Anda lakukan selanjutnya, dan apa tindakan Anda untuk itu," kata
Welty.
Memang, ada banyak hal yang menyakitkan, yang membuat kita cemas atau
kesal. Namun jangan larutkan diri di dalamnya.
Jangan biarkan masalah apa pun membuat kita patah semangat.
Berpikirlah pada hal-hal positif yang bisa dilakukan. Biarkan semua masalah
berlalu tanpa meninggalkan luka fatal.
Dengan begitu kita akan menjadi orang tangguh yang tak mudah jatuh.
Pikiran kita menjadi terbiasa untuk selalu positif, dan kita akan
lebih mudah mencapai cita-cita. Bukan cuma itu, pikiran positif serta
kepercayaan diri kita akan menarik orang lain bergabung dengan kita.
Mereka tidak akan membiarkan kita berjalan sendiri menghadapi semua
masalah. Malah dengan senang hati akan menemani dan membantu kita
melewati semua kesulitan. Dan yang lebih penting, hidup kita akan
menjadi lebih menyenangkan. (Ary Santosa Yudha)