Jangan Di Klik Link Dibawah

Home » » Contoh Makalah Limbah

Contoh Makalah Limbah

KATA  PENGANTAR


 

           Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang BAHAYA PENCEMARAN LINGKUNGAN BAGI MANUSIA DAN SEKITARNYA , yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang "Penyakit Kanker Paru-Paru" yang sangat berbahaya bagi kesehatan seseorang. Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR ISI


 

KATA PENGANTAR         i

DAFTAR ISI         ii

I.     PENDAHULUAN         1

  1.     Latar Belakang         1
    1.     Tujuan         2
    2.     Manfaat         2


 

II.     PENGERPENCEMARANAIR         4

2.1     Apa yang disebut Pencemaran Air?         4

2.2     Indikator pencemaran air         6


 

III. SUMBER PENCEMARAN AIR         10

3.1.     Komponen Pencemaran Air         11


 

IV. DAMPAK PENCEMARAN AIR         18

4.1.     Dampak terhadap kehidupan biota air         18

4.2.     Dampak terhadap kualitas air tanah         18

4.3.     Dampak terhadap kesehatan         19

4.4. Dampak terhadap estetika lingkungan         20


 

V.     PENANGGULANGANGAN PENCEMARAN AIR         21


 

VI.     PENUTUP         22


 

DAFTAR PUSTAKA         23


 


 

PENCEMARAN AIR:

SUMBER, DAMPAK DAN PENANGGULANGANNYA

Abstrak


 

Air merupakan sumber kehidupan di muka bumi ini, kita semua bergantung pada air. Untuk itu diperlukan air yang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Tapi pada akhir-akhir ini, persoalan penyediaan air yang memenuhi syarat menjadi masalah seluruh umat manusia. Dari segi kualitas dan kuantitas air telah berkurang yang disebabkan oleh pencemaran.

Makalah ini membahas mengenai pencemaran air yang ditinjau dari sumber pencemaran, dampak serta penanggulangan pencemaran tersebut. Selain itu juga dijelaskan mengenai indikator pencemaran air dan pengertian pencemaran air. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua, sehingga akan

dapat mengurangi pencemaran yang terjadi dan akan didapat air yang aman, bersih dan sehat.


 

I.     PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.

Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.

Dari hari ke hari bila diperhatikan, makin banyak berita-berita mengenai pencemaran air. Pencemaran air ini terjadi dimana-mana. Di Teluk Jakarta terjadi pencemaran yang sangat merugikan bagi petambak. Tidak saja udang dan bandeng yang mati, tapi kerang hijaupun turut mati pula, beberapa jenis spesies ikan telah hilang. Secara kimiawi, pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta tersebut telah sangat parah. Indikasinyapopulasi kerang hijau berkembang lebih cepat dan semakin banyak, padahal hewan ini merupakan indicator pecemar. Kadar logam antara lain seng, tembaga dan timbal telah mencapai ambang batas normal. Kondisi ini sangat berbahaya, karena logam berat dapat diserap oleh manusia atau hewan yang memakannya dan akan terjadi akumulasi (Republika, 17/02/03).

Di Waduk Saguling juga terjadi pencemaran logam berat (merkuri) dan kadar H2SO4 yang tinggi, sehingga pencemaran ini sangat mempengaruhi ekonomi masyarakat sekitar, ribuan petani ikan mas jaring terapung di kawasan ini terancam gulung tikar karena produksi ikan turun terus (Pikiran Rakyat, 08/06/03).

Selain itu, penggunaan pestisida yang berlebihan dan berlangsung lama, juga akan mengakibatkan pencemaran air. Sebagai contoh, hal ini terjadi di NTB yang terjadi pencemaran karena dampak pestisida dan limbah bakteri e-coli. Petani menggunakan pestisida di sekitar mata air Lingsar dan Ranget (Bali Post, 14/8/03).

Krisis air juga terjadi di hampir semua wilayah P. Jawa dan sebagian Sumatera, terutama kota-kota besar baik akibat pencemaran limbah cair industri, rumah tangga ataupun pertanian. Selain merosotnya kualitas air akibat pencemaran, krisis air juga terjadi dari berkurangnya ketersediaan air dan terjadinya erosi akibat pembabatan hutan di hulu serta perubahan pemanfaatan lahan di hulu dan hilir. Menyusutnya pasokan air pada beberapa sungai besar di Kalimantan menjadi fenomena yang mengerikan, sungai-sungai tersebut mengalami pendangkalan akibat minimnya air pada saat kemarau serta ditambah erosi dan sedimentasi. Pendangkalan di S. Mahakam misalnya meningkat 300% selama kurun waktu 10 tahun terakhir (Air Kita Diracuni, 2004).

Pencemaran air di banyak wilayah di Indonesia, seperti beberapa contoh di atas, telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Lemahnya pengawasan pemerintah serta keengganannya untuk melakukan penegakan hukum secara benar menjadikan problem pencemaran air menjadi hal yang kronis yang makin lama makin parah.


 

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tulisan ini bertujuan untuk mengupas mengenai pencemaran air. Secara khusus, akan dibahas sumber, dampak dan penganggulangan pencemaran air yang tidak lepas dari pengertian dan perspektif hukum dari pencemaran air serta indikator pencemaran tersebut.

Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai dampak pencemaran air beserta penanggulangannya, maka akan timbul kesadaran dari kita semua. Yang pada akhirnya pencemaran dapat dikurangi dan akan didapat sumber air yang aman.


 

1.3.     Manfaat

Penulisan ini kiranya dapat bermanfaat dalam memberikan informasi tentang pencemaran air, sumber, dampak dan penanggulangannya, terutama bagi kita semua yang sangat membutuhkan air yang aman, bersih dan sehat.

Secara garis besar penjelasan makalah ini adalah sebagai berikut :


 

PENCEMARAN AIR

-     Pengertian, Indikator

-     Standar baku mutu


 

DAMPAK

-     Terhadap biota air

-     Terhadap air tanah

-     Terahadap kesehatan

-    Terhadap estetika


 

PENANGGULANGAN

-     Secara teknis

-     Secara non teknis

-     Kebijakan


 

SUMBER

-     Industri

-     Rumahtangga(pemukiman)

-    Pertanian, perkebunan


 

II.     PENGERTIAN PENCEMARANAIR

2.1     Apa yang disebut Pencemaran Air ?

Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berbeda oleh satu orang dengan orang lainnya mengingat banyak pustaka acuan yang merumuskan definisi istilah tersebut, baik dalam kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian pencemaran air juga didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah, sebagai turunan dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan dalam undang-undang.

Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut, pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.

Dalam PP No. 20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, pencemaran air didefinisikan sebagai : "pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya" (Pasal 1, angka 2).

Definisi pencemaran air tersebut dapat diuraikan sesuai makna pokoknya menjadi 3 (tga) aspek, yaitu aspek kejadian, aspek penyebab atau pelaku dan aspek akibat (Setiawan, 2001).

Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut berupa buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia. Pencemaran yang disebabkan oleh alam tidak dapat berimplikasi hukum, tetapi Pemerintah tetap harus menanggulangi pencemaran tersebut.

Sedangkan aspek akibat dapat dilihat berdasarkan penurunan kualitas air sampai ke tingkat tertentu. Pengertian tingkat tertentu dalam definisi tersebut adalah tingkat kualitas air yang menjadi batas antara tingkat tak-cemar (tingkat kualitas air belum sampai batas) dan tingkat cemar (kualitas air yang telah sampai ke batas atau melewati batas). Ada standar baku mutu tertentu untuk peruntukan air. Sebagai contoh adalah pada UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 ayat 3 terkandung makna bahwa air minum yang dikonsumsi masyarakat, harus memenuhi persyaratan kualitas maupun kuantitas, yang persyaratan kualitas tertuang dalam Peraturan Mentri Kesehatan No. 146 tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Sedangkan parameter kualitas air minum/air bersih yang terdiri dari parameter kimiawi, fisik, radioaktif dan mikrobiologi, ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990 (Achmadi, 2001).

Air yang aman adalah air yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukan air tersebut. Misalnya kriteria air yang dapat diminum secara langsung (air kualitas A) mempunyai kriteria yang berbeda dengan air yang dapat digunakan untuk air baku air minum (kualitas B) atau air kualitas C untuk keperluan perikanan dan peternakan dan air kualitas D untuk keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri dan pembangkit tenaga air. Contoh criteria air A, B , C dan D dapat dilihat pada Lampiran.


 

2.2     Indikator pencemaran air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :

- Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat

kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan

warna, bau dan rasa

- Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat

kimia yang terlarut, perubahan pH

- Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan

mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.

Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau

konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen

biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi

(Chemical Oxygen Demand, COD).

pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar

6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah

pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH

normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang

akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik.

Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan menyukai pH

antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan , misalnya

proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah. Pengaruh nilai pH pada komunitas

biologi perairan dapat dilihat pada table di bawah ini :

Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan

Nilai pH  

Pengaruh Umum 

6,0 – 6,5  

1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun

2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami perubahan 

5,5 – 6,0  

1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin tampak

2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum mengalami

perubahan yang berarti

3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral 

5,0 – 5,5 

1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton dan

bentos semakin besar

2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos

3. Algae hijau berfilamen semakin banyak

4. Proses nitrifikasi terhambat 

4,5 – 5,0 

1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton, perifilton

dan bentos semakin besar

2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan bentos

3. Algae hijau berfilamen semakin banyak

4. Proses nitrifikasi terhambat 


 

Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi

terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas acidophila mampu

bertahan pada pH =1 dan algae Euglena pada pH 1,6.

Oksigen terlarut (DO)

Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat

hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organic dalam

air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa algae. Oksigen yang

dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak efisien, karena oksigen yang terbentuk akan

digunakan kembali oleh algae untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya.

Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir.

Berdasarkan data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh dalam air

pada 25o C dan tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L (Warlina, 1985).

Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi

manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah

cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan logam berta

yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi system respirasi organisme akuatik,

sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan

konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita (Tebbut, 1992 dalam

Effendi, 2003).

Pada siang hari, ketika matahari bersinar terang, pelepasan oksigen oleh proses

fotosintesa yang berlangsung intensif pada lapisan eufotik lebih besar daripada oksigen

yang dikonsumsi oleh proses respirasi. Kadar oksigen terlarut dapat melebihi kadar

oksigen jenuh, sehingga perairan mengalami supersaturasi. Sedangkan pada malam hari,

tidak ada fotosintesa, tetapi respirasi terus berlangsung. Pola perubahan kadar oksigen ini

mengakibatkan terjadinya fluktuasi harian oksigen pada lapisan eufotik perairan. Kadar

oksigen maksimum terjadi pada sore hari dan minimum pada pagi hari.

Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan organic

menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi bahan

anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi menjadi nitrit atau nitrat

(nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama ynag berperan,

sedangkan oksidasi bahan anorganik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu.

Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh

mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan

organic yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air. Pada dasarnya, proses oksidasi

bahan organic berlangsung cukup lama. Menurut Sawyer dan McCarty, 1978 (Effendi,

2003) proses penguraian bahan buangan organic melalui proses oksidasi oleh

mikroorganisme atau oleh bakteri aerobic adalah :

CnHaObNc + (n + a/4 – b/2 – 3c/4) O2 → n CO2 + (a/2 – 3c/2) H2O + c NH3

Untuk kepentingan praktis, proses oksidasi dianggap lengkap selama 20 hari, tetapi

penentuan BOD selama 20 hari dianggap masih cukup lama. Penentuan BOD ditetapkan

selam 5 hari inkubasi, maka biasa disebut BOD5. Selain memperpendek waktu yang

diperlukan, hal ini juga dimaksudkan untuk meminimumkan pengaruh oksidasi ammonia

yang menggunakan oksigen juga. Selama 5 hari masa inkubasi, diperkirakan 70% - 80%

bahan organic telah mengalami oksidasi. (Effendi, 2003).

Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat kebersihan

air. Air yang bersih relative mengandung mikroorganisme lebih sedikit dibandingkan yang

tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptic atau bersifat

racun, seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida, insektisida dan sebagainya, jumlah

mikroorganismenya juga relative sedikit. Sehingga makin besar kadar BOD nya, maka

merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar, sebagai contoh adalah kadar

maksimum BOD5 yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan menopang

kehidupan organisme akuatik adalah 3,0 – 6,0 mg/L berdasarkan UNESCO/WHO/UNEP,

1992. Sedangkan berdasarkan Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD5 untuk baku mutu

limbah cair bagi kegiatan industri golongan I adalah 50 mg/L dan golongan II adalah 150mg/L.

Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam

air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis

maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh

kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas

CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom. Reaksinya sebagai berikut :

HaHbOc + Cr2O7

2- + H + → CO2 + H2O + Cr 3+

Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi

biologis, misalnya tannin, fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan

pengukuran COD daripada BOD. Kenyataannya hampir semua zat organic dapat

dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium permanganat dalam suasana asam,

diperkirakan 95% - 100% bahan organic dapat dioksidasi.

Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi

kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar

biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200

mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L (UNESCO,WHO/UNEP,

1992).

III. SUMBER PENCEMARAN AIR

Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat dikategorikan

menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung

meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya.

Sumber tak langsung adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah

atau atmosfir berupa hujan (Pencemaran Ling. Online, 2003). Pada dasarnya sumber

pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan

air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida.

Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran udara yang

menghasilkan hujan asam.

3.1. Komponen Pencemaran Air

Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat

kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke

badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa digunakan di

pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa digunakan di rumah tangga atau

PCBs yang biasa digunakan pada alat-alat elektronik.

Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen

pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Menurut Wardhana

(1995), komponen pencemaran air yang berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman)

dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:

1. padat                     4. cairan berminyak

2. organic dan olahan bahan makanan     5. berupa panas

3. anorganik                     6. zat kimia

3.1.1. Bahan buangan padat

Yang dimaksud bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan yang berbentuk

padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang

ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun

pembentukan koloidal.

Apabila bahan buangan padat tersebut menimbulkan pelarutan, maka kepekatan

atau berat jenis air akan naik. Kadang-kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan

warna air. Air yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan mengurangi

penetrasi sinar matahari ke dalam air. Sehingga proses fotosintesa tanaman dalam air akan

terganggu. Jumlah oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan organisme

dalam air juga terganggu.

Terjadinya endapan di dasar perairan akan sangat mengganggu kehidupan

organisme dalam air, karena endapan akan menutup permukaan dasar air yang mungkin

mengandung telur ikan sehingga tidak dapat menetas. Selain itu, endapan juga dapat

menghalangi sumber makanan ikan dalam air serta menghalangi datangnya sinar matahari.

Pembentukan koloidal terjadi bila buangan tersebut berbentuk halus, sehingga

sebagian ada yang larut dan sebagian lagi ada yang melayang-layang sehingga air menjadi

keruh. Kekeruhan ini juga menghalangi penetrasi sinar matahari, sehingga menghambat

fotosintesa dan berkurangnya kadar oksigen dalam air.

3.1.2. Bahan buangan organic dan olahan bahan makanan

Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau

terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan menaikkan

populasi mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak tertutup

kemungkinan dengan berambahnya mikroorganisme dapat berkembang pula bakteri

pathogen yang berbahaya bagi manusia. Demikian pula untuk buangan olahan bahan

makanan yang sebenarnya adalah juga bahan buangan organic yang baunya lebih

menyengat. Umumnya buangan olahan makanan mengandung protein dan gugus amin,

maka bila didegradasi akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau

busuk (misal. NH3).

3.1.3. Bahan buangan anorganik

Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme, umumnya

adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion

logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya berasal dari limbah industri yag

melibatkan penggunaan unsure-unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium

(Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll.

Kandungan ion Mg dan Ca dalam air akan menyebabkan air bersifat sadah.

Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan karena dapat merusak peralatan yang terbuat

dari besi melalui proses pengkaratan (korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak

pada peralatan.

Apabila ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti

Pb, Cd ataupun Hg, maka air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya

bagi tubuh manusia, air tersebut tidak layak minum.

3.1.4. Bahan buangan cairan berminyak

Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan mengapung

menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatile,

maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air

akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan

minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi

membutuhkan waktu yang lama.

Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Ini

disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam air,

sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan menghalangi

masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga fotosintesapun terganggu. Selain itu,

burungpun ikut terganggu, karena bulunya jadi lengket, tidak dapat mengembang lagi

akibat kena minyak.

3.1.5. Bahan buangan berupa panas (polusi thermal)

Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan bukan saja dapat menghalau ikan

atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat proses biologis pada tumbuhan dan

hewan bahkan akan menurunkan tingkat oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi

kematian pada ikan atau akan terjadi kerusakan ekosistem. Untuk itu, polusi thermal inipun

harus dihindari. Sebaiknya industri-industri jika akan membuang air buangan ke perairan

harus memperhatikan hal ini.

3.1.6. Bahan buangan zat kimia

Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar air ini

akan dikelompokkan menjadi :

a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),

b. Bahan pemberantas hama (insektisida),

c. Zat warna kimia,

d. Zat radioaktif

a. Sabun

Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen, sampo dan bahan

pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan timbulnya buih-buih

sabun pada permukaan air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun dan deterjen serta

bahan pembersih lainnya. Sabun berasal dari asam lemak (stearat, palmitat atau oleat) yang

direaksikan dengan basa Na(OH) atau K(OH), berdasarkan reaksi kimia berikut ini :

C17H35COOH + Na(OH) C17H35COONa + H2O

Asam stearat basa sabun

Sabun natron (sabun keras) adalah garam natrium asam lemak seperti pada contoh

reaksi di atas. Sedangkan sabun lunak adalah garam kalium asam lemak yang diperoleh

dari reaksi asam lemak dengan basa K(OH). Sabun lemak diberi pewarna yang menarik

dan pewangi (parfum) yang enak serta bahan antiseptic seperti pada sabun mandi.

Beberapa sifat sabun antara lain adalah sebagai berikut :

a. Larutan sabun mempunyai sifat membersihkan karena dapat mengemulsikan

kotoran yang melekat pada badan atau pakaian

b. Sabun dengan air sadah tidak dapat membentuk busa, tapi akan membentuk

endapan (C17H35COO)2Ca) dengan reaksi:

2 (C17H35COONa) + CaSO4 (C17H35COO)2Ca + Na2SO4

c. Larutan sabun bereaksi basa karena terjadi hidrolisis sebagian.

Sedangkan deterjen adalah juga bahan pembersih sepeti halnya sabun, akan tetapi

dibuat dari senyawa petrokimia. Deterjen mempunyai kelebihan dibandingkan dengan

sabun, karena dapat bekerja pada air sadah. Bahan deterjen yang umum digunakan adalah

dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air akan mengalami ionisassi membentuk

komponen bipolar aktif yang akan mengikat ion Ca dan/atau ion Mg pada air sadah.

Komponen bipolar aktif terbentuk pada ujung dodecylbenzen-sulfonat. Untuk dapat

membersihkan kotoran dengan baik, deterjen diberi bahan pembentuk yang bersifat alkalis.

Contoh bahan pembentuk yang bersifat alkalis adalah natrium tripoliposfat.

Bahan buangan berupa sabun dan deterjen di dalam air lingkungan akan

mengganggu karena alasan berikut :

a. Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat menggangg kehidupan

organisme di dalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan

menaikkan pH air sampai sekitar 10,5-11

b. Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen juga mengganggu

kehidupan mikro organisme di dalam air, bahkan dapat mematikan

c. Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat dipecah (didegradasi)

oleh mikro organisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah barang tentu

akan merugikan lingkungan. Namun akhir-akhir ini mulai banyak digunakan

bahan sabun/deterjen yang dapat didegradsi oleh mikroorganisme

b. Bahan pemberantas Hama

Pemakaian bahan pemberantas hama (insektisida) pada lahan pertanian seringkali

mekiputi daerah yang sangat luas, sehingga sisa insektisida pada daerah pertanian tersebut

cukup banyak. Sisa bahan insektisida tersebut dapat sampai ke air lingkungan melalui

pengairan sawah, melalui hujan yang jatuh pada daerah pertanian kemudian mengalir ke

sungai atau danau di sekitarnya. Seperti halnya pada pencemaran udara, semua jenis bahan

insektisida bersifat racun apabila sampai kedalam air lingkungan.

Bahan insektisida dalam air sulit untuk dipecah oleh mikroorganisme, kalaupun

biasanya hal itu akan berlangsung dalam waktu yang lama. Waktu degradasi oleh

mikroorganisme berselang antara beberapa minggu sampai dengan beberapa tahun. Bahan

insektisida seringkali dicampur dengan senyawa minyak bumi sehingga air yang terkena

bahan buangan pemberantas hama ini permukaannya akan tertutup lapisan minyak

c. Zat Warna Kimia

Zat warna dipakai hampir pada semua industri. Tanpa memakai zat warna, hasil

atau produk industri tidak menarik. Oleh karena itu hampir semua produk

memanfaatkannya agar produk itu dapat dipasarkan dengan mudah.

Pada dasarnya semua zat warna adalah racun bagi tubuh manusia. Oleh karena itu

pencemaran zat warna ke air lingkungan perlu mendapat perhatian sunggh-sungguh agar

tidak sampai masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum. Ada zat warna tertentu

yang relatif aman bagi manusia, yaitu zat warna yang digunakan pada industri bahan

makanan dan minuman, industri farmasi/obat-obatan.

Zat warna tersusun dari chromogen dan auxochrome. Chromogen merupakan

senyawa aromatic yang berisi chromopore, yaitu zat pemberi warna yang berasal dari

radikal kimia, misal kelompok nitroso (-NO), kelompok azo (-N=N-), kelompok etilen

(>C=C<) dan lain lain. Macam-macam warna dapat diperoleh dari penggabungan radikal

kimia tersebut di atas dengan senyawa lain. Sedangkan auxochrome adalah radikal yang

memudahkan terjadinya pelarutan, sehingga zat warna dapat mudah meresap dengan baik

ke dalam bahan yang akan diberi warna. Contoh auxochrome adalah –COOH atau –SO3H

atau kelompok pembentuk garam –NH2 atau –OH.

Zat warna dapat pula diperoleh dari senyawa anorganik dan mineral alam yang

disebut dengan pigmen. Ada pula bahan tambahan yang digunakan sesuai dengan

fungsinya, misalnya bahan pembentuk lapisan film (misal, bahan vernis, emulsi lateks),

bahan pengencer (misal, terpentin, naftalen), bahan pengering (missal, Co, Mn, naftalen),

bahan anti mengelupas (missal, polihidroksi fenol) dan bahan pembentuk elastic (misal,

minyak).

Berdasarkan bahan susunan zat warna dan bahan-bahan yang ditambahkan, dapat

dimengerti bahwa hampir semua zat warna kimia adalah racun. Apabila masuk ke dalam

tubuh manusia dapat bersifat cocarcinogenik, yaitu merangsang tumbuhnya kanker. Oleh

sebab itu, pembuangan zat kimia ke air lingkungan sangatlah berbahaya. Selain sifatnya

racun, zat warna kimia juga akan mempengaruhi kandungan oksigen dalam air

mempengaruhi pH air lingkungan, yang menjadikan gangguan bagi mikroorganisme dan

hewan air.


 

d. Zat radioaktif

Tidak tertutup kemungkanan adanya pembuangan sisa zat radioaktif ke air

lingkungan secara langsung. Ini dimungkinkan karena aplikasi teknologi nuklir yang

menggunakan zat radioaktif pada berbagai bidang sudah banyak dikembangkan, sebagai

contoh adalah aplikasi teknologinuklir pada bidang pertanian, kedokteran, farmasi dan lain

lain. Adanya zat radioaktif dalam air lingkungan jelas sangat membahayakan bagi

lingkungan dan manusia. Zat radioaktif dapat menimbulkan kerusakan biologis baik

melalui efek langsung atau efek tertunda.

IV. DAMPAK PENCEMARAN AIR

Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum,

meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidak seimbangan ekosistem sungai dan

danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.

Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telah

menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali yang disebut eutrofikasi

(eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnya

digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanaman

air tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak oksigen. Akibatnya ikan akan

mati dan aktivitas bakteri akan menurun.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004)

- dampak terhadap kehidupan biota air

- dampak terhadap kualitas air tanah

- dampak terhadap kesehatan

- dampak terhadap estetika lingkungan

4.1. Dampak terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar

oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air

yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu

kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan

pada tanaman dan tumbuhan air.

Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang

seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai.

Panas dari industri juaga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air

limbah tidak didinginkan dahulu.

4.2. Dampak terhadap kualitas air tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah

terjadi dalam skala yang luas, hal ini telah dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di

Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

4.3. Dampak terhadap kesehatan

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :

- air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen

- air sebagai sarang insekta penyebar penyakit

- jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak

dapat membersihkan diri

- air sebagai media untuk hidup vector penyakit

Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau

penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah.

Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam

sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan

jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa.

Tabel : Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agennya


 

Agen Penyakit

Virus

Rotavirus Diare pada anak

Virus Hepatitis A Hepatitis A

Virus Poliomyelitis Polio (myelitis anterior acuta)

Bakteri

Vibrio cholerae Cholera

Escherichia Coli Diare/Dysenterie

Enteropatogenik

Salmonella typhi Typhus abdominalis

Salmonella paratyphi Paratyphus

Shigella dysenteriae Dysenterie

Protozoa

Entamuba histolytica Dysentrie amoeba

Balantidia coli Balantidiasis

Giarda lamblia Giardiasis

Metazoa

Ascaris lumbricoides Ascariasis

Clonorchis sinensis Clonorchiasis

Diphyllobothrium latum Diphylobothriasis

Taenia saginata/solium Taeniasis

Schistosoma Schistosomiasis


 

4.4. Dampak terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan,

maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang

menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah

limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah tersebut

juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabun

akan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi

estetika.

V. PENANGGULANGANGAN PENCEMARAN AIR

Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur melalui

Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas dan

Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi pencemaran air baik oleh

instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya serius yang telah dilakukan Pemerintah

dalam pengendalian pencemaran air adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH).

Program ini merupakan upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang

berasal dari kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bwertahap

untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber-sumber lainnya. Program ini juga

berusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai dengan melibatkan masyarakat

setempat (KLH, 2004).

Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu

penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara non-teknis

yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan

peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur dan mengawasi segala macam

bentuk kegiatan industri dan teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan

perundangan ini hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan

industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan pengawasan

kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan penanggulangan secara teknis

bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya, misalnya dengan

mengubah proses, mengelola limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi

pencemaran.

Sebenarnya penanggulangan pencemaran air dapat dimulai dari diri kita sendiri.

Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara mengurangi

produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari. Selain itu, kita dapat pula

mendaur ulang (recycle) dan mendaur pakai (reuse) sampah tersebut.

Kitapun perlu memperhatikan bahan kimia yang kita buang dari rumah kita. Karena

saat ini kita telah menjadi masyarakat kimia, yang menggunakan ratusan jenis zat kimia

dalam keseharian kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah, memupuk

tanaman, dan sebagainya. Kita harus bertanggung jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan dalam kemasan kaleng, minuman dalam botol dan sebagainya, yang memuat

unsur pewarna pada kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat

pembuangan akhir. Bahkan pilihan kita untuk bermobil atau berjalan kaki, turut

menyumbangkan emisi asam atu hidrokarbon ke dalam atmosfir yang akhirnya berdampak

pada siklus air alam.

Menjadi konsumen yang bertanggung jawab merupakan tindakan yang bijaksana.

Sebagai contoh, kritis terhadap barang yang dikonsumsi, apakah nantinya akan menjadi

sumber bencana yang persisten, eksplosif, korosif dan beracun atau degradable (dapat

didegradasi alam)? Apakah barang yang kita konsumsi nantinya dapat meracuni manusia,

hewan, dan tumbuhan aman bagi makhluk hidup dan lingkungan ?

Teknologi dapat kita gunakan untuk mengatasi pencemaran air. Instalasi

pengolahan air bersih, instalasi pengolahan air limbah, yang dioperasikan dan dipelihara

baik, mampu menghilangkan substansi beracun dari air yang tercemar. Dari segi kebijakan

atau peraturanpun mengenai pencemaran air ini telah ada. Bila kita ingin benar-benar hal

tersebut dapat dilaksanakan, maka penegakan hukumnya harus dilaksanakan pula. Pada

akhirnya, banyak pilihan baik secara pribadi ataupun social (kolektif) yang harus

ditetapkan, secara sadar maupun tidak, yang akan mempengaruhi tingkat pencemaran

dimanapun kita berada. Walaupun demikian, langkah pencegahan lebih efektif dan

bijaksana.

Melalui penanggulangan pencemaran ini diharapkan bahwa pencemaran akan

berkurang dan kualitas hidup manusia akan lebih ditingkatkan, sehingga akan didapat

sumber air yang aman, bersih dan sehat.

VI. PENUTUP

Pencemaran air dapat berdampak pada kesehatan, keselamatan dan akhirnya

berakibat pada pembangunan ekonomi. Bencana krisis air dapat merupakan ancaman bagi

keberlangsungan generasi yang akan datang. Ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas,

kondisi sumber air makin menurun dan berkembangnya berbagai sumber penyakit.

Tingginya pencemaran air disebabkan limbah industri yang tidak diolah dahulu serta

limbah rumah tangga pada pemukiman yang dibuang ke badan sungai.

Terbatasnya upaya pengendalian pencemaran air diperparah dengan rendahnya

kesadaran masyarakat terhadap lingkungan serta kurangnya penegakan hukum bagi

pelanggar pencemaran lingkungan. Diperlukan pendekatan yang komprehensif dan holistic

bagi penanggulangan pencemaran air, agar dapat dipertahankan kualitas lingkungan yang

baik. Pemerintah juga hendaknya mengeluarkan kebijakan yang pada dasarnya

merangsang pengguna air untuk melakukan efisiensi dengan menganggap bahwa air

merupakan sumberdaya yang terbatas.


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA

1. Achmadi, Umar Fachmi, Prof. Dr.MPH, Ph.D, Peranan Air Dalam Peningkatan

Kesehatan Masyarakat,

http://www.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/200104/lap-perananair.pdf., dikunjungi

5/3/2004.

2. Air Kita Diracuni, http://www.walhi.or.id/Indonesia/kampanye/Air/airdiracuni.htm,

dikunjungi 21/3/2004.

3. Bali Post, 14 Agustus 2003, Penggunaan Pestisida Pengaruhi Air,

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/8/14/nt1hl.htm, dikunjungi 5/3/2004.

4. Effendi, Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

5. Kementerian Lingkungan Hidup, 2004, Pengendalian Pencemaran Air, Jakarta.

6. Pencemaran Lingkungan Online, Pencemaran Air, http://www.tlitb.org/plo/air.html,

dikunjungi 5/3/2004.

7. Pikiran Rakyat, 8 Juni 2003, Kemarau Tiba Saguling Makin Tercemar,

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0603/08/0106.htm, dikunjungi 21/3/2004.

8. Pikiran Rakyat, 25 Agustus 2003, Penambangan Emas Ciherang Cemari Lingkungan

Warga, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0803/25/0301.htm, dikunjungi

14/3/2004.

9. Republika Online, 17 Peb. 2003, Penelitian KIRJU: Pencemaran, Kerugian Bagi

Nelayan dan Petambak,

http://www.forek.or.id/detail.php?rubrik=pendidikan&beritaID=1207, dikunjungi

21/3/2004.

10. Setiawan, Hendra, Agustus 2001, Pengertian Pencemaran Air Dari Perspektif Hukum,

http://www.menlh.go.id/airnet/Artikel01.htm, dikunjungi 7/3/2004.

11. Wardhana, Wisnu Aria, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi Offset

Jogyakarta, Jogyakarta.

12. Warlina, Lina, 1985, Pengaruh Waktu Inkubasi BOD Pada Berbagai Limbah, FMIPA

Universitas Indonesia, Jakarta.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

MAKALAH

PENCEMARAN LINGKUNGAN

(PENCEMARAN AIR)


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Oleh:

MOCHAMMAD FAISOL [ XI Apk ]


 


 


 


 


 


 


 

POGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

SMK NAHDLATUL ULAMA'

LAMONGAN

Tahun Ajaran 2009 / 2010


 
DUNIA ILMU :Jendela Informasi Dunia
Copyright © 2014. DUNIA ILMU - All Rights Reserved