Jangan Di Klik Link Dibawah

Home » » Begini Suasana Dolly Jelang Penutupan

Begini Suasana Dolly Jelang Penutupan


Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mantap menutup pusat prostitusi Dolly. Penutupan akan dilakukan pada 18 Juni 2014. Tanggal itu maju satu hari dari semula yang dijadwalkan pada 19 Juni 2014.

Jelang penutupan Dolly, Senin, 16 Juni 2014, tampak bendera merah putih setengah tiang terpasang di depan seluruh wisma. Menurut seorang pekerja pria di salah satu wisma, pengibaran bendera setengah tiang sebagai tanda berduka pekerja lokalisasi Dolly.

"Pemkot Surabaya tidak mau mendengar aspirasi masyarakat Dolly yang tidak ingin dilakukan penutupan," ujar seorang pekerja pria yang enggan disebutkan namanya.

Pantauan VIVAnews, sejumlah spanduk warna merah dengan tertulis kalimat-kalimat penolakan juga masih terpampang. Di antaranya tertulis, "Harga Mati! Tolak Penutupan Lokalisasi" ; "Soekarwo-Risma Gagal Mensejahterakan Rakyat" dan kalimat lainnya.

Di antara bentangan spanduk dan kibaran bendera setengah tiang, suasana Gang Dolly tak beda dengan hari-hari biasanya. Pekerja lelaki yang bertugas di luar pagar, masih sibuk melambaikan tangan menyapa pengendara, pejalan kaki atau siapa saja untuk sudi mampir di wismanya.

"Ayo Mas, ayo Mas silakan langsung masuk," ucap para lelaki depan wisma tersebut.

Di dalam ruangan tamu, tampak sofa warna menyala dengan sederet wanita penjaja seks duduk berjajar. Ada yang sibuk dengan ponselnya, ada juga yang sibuk menonton tayangan televisi, sambil memegang remote televisi. Alunan musik pun terdengar menghentak di kebanyakan wisma yang ada.

Para tamu pria juga terlihat silih berganti. Mereka tidak terusik dengan bentangan spanduk dan bendera merah putih setengah tiang.

Tak banyak yang dilakukan oleh para tamu tersebut. Setelah memarkir motor atau mobilnya mereka pun bergegas masuk wisma. Satu, dua orang pengunjung sempat mampir ke gerobak di pinggir jalan, untuk lebih dulu membeli rokok atau mimunan ringan.

Sebelumnya Wali Kota Surabaya mengatakan, tak ada upacara apapun dalam penutupan Dolly. Hanya pendeklarasian warga bahwa tempat itu ditutup. Pemkot Surabaya juga akan membuat Peraturan Daerah bahwa bangunan itu tak boleh digunakan untuk kegiatan asusila.

Risma, tak serta merta menutup lokaisasi itu tanpa pertimbangan matang. Dia juga memberikan bekal kepada para pekerja seks komersial agar kelak dia bisa mencari pekerjaan lain. "Secara paralel mereka melakukan alih profesi," kata dia.

Masalahnya, kata dia, yang tinggal di daerah itu tak hanya PSK tetapi juga penduduk setempat yang bertahan hidup hanya dengan menjual obat kuat dan kondom saja. Sehingga Risma juga mencari cara agar penduduk di sekitar Dolly itu bisa menjual barang lain.

"Sekarang lagi proses itu dan beberapa sudah berhasil ikut ada 28 orang sudah ikut pelatihan dan beberapa sudah produksi banyak yang diminati. Kita memang cari yang cepat pemasarannya," kata dia.

Rumah dan bangunan bekas wisma yang dijadikan tempat berbuat asusila, akan dibeli oleh pemerintah daerah. Kemudian tempat itu akan dijadikan taman, pusat PKL sehingga warga bisa berjualan di tempat itu. Kemudian akan dibangun perpustakaan dan fasilitas internet gratis, futsal dan tempat bermain.

Sementara, untuk penderita AIDS akan dilakukan rehabilitasi. Risma sendiri akan berusaha mencari tempat dari sumbangan lembaga sosial agar penderita AIDS tersebut bisa ditangani secara khusus. (umi)

 
DUNIA ILMU :Jendela Informasi Dunia
Copyright © 2014. DUNIA ILMU - All Rights Reserved