Pada 26 Desember 2004, gempa bumi bawah laut 9,1 skala Richter
mengguncang Samudera Hindia di lepas pantai Sumatera Utara, Indonesia.
Dampak gempa itu begitu kuat sampai 1.200 kilometer dari pusat gempa,
hingga mencapai Alaska.
Gempa dahsyat itu memicu tsunami mematikan. Tsunami menyapu sejumlah pantai di Samudera Hindia hingga ketinggian 30 meter. Lebih dari 230.000 orang tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal.
Gempa dahsyat itu memicu tsunami mematikan. Tsunami menyapu sejumlah pantai di Samudera Hindia hingga ketinggian 30 meter. Lebih dari 230.000 orang tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal.
Namun, sebuah keajaiban tampak. Dalam foto terlihat fitur melingkar
berwarna putih. Itu adalah sebuah masjid yang selamat dan berdiri kokoh
di tengah segala kehancuran.
DAN BERIKUT FOTO MASJID-MASJID USAI MUSIBAH TSUNAMI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Foto-foto yang ditampilkan sekadar hendak menunjukkan kondisi masjid-masjid usai musibah ini. Sebagian masjid masih tegak berdiri, sementara areal sekitarnya nyaris rata dengan tanah. Mungkin masjid itu tidak dapat difungsikan kembali. Bukan karena tidak ada dana untuk merenovasi, melainkan tidak ada lagi penduduk yang menghuni areal masjid tersebut. Ini merupakan pemandangan yang memilukan.
sempat terbersit pertanyaan, apakah makna dibalik masih tegaknya bangunan masjid yang sudah jelas tidak dapat lagi difungsikan ini? Saya pun mencoba berdiskusi dengan teman-teman. Tentu ada banyak pendapat yang muncul. Tetapi yang mungkin saya nilai sesuai sebuah pendapat yang mengatakan bahwa tiang-tiang masjid yang kokoh berdiri adalah simbol tiang agama. Sedangkan tiang agama itu shalat. Maka menjadi jelaslah, kokohnya tiang tersebut seolah hendak menunjukkan kepada kita agar jangan sampai merobohkan tiang agama, yaitu shalat. Wallahualam.
Adapun foto yang menunjukkan kubah warna hijau adalah makam Waliyulloh Syiah Kuala. Sungguh saya merasa takjub melihatnya. Meskipun areal sekeliling makam nyaris rata, namun makam tersebut tetap utuh. Tembok yang melindungi makam tidak rubuh dan tidak menggerus makam tersebut. Padahal tsunami berketinggian antara 10 hingga 20 meter menyapu daerah ini. Apalagi makam ini berjarak sekitar 100 meter dari tepi pantai. Hanya saja, pagar besi yang mengelilingi makam dan berada di atas tembok terlihat bengkok, namun kubah penutup makam yang berwarna hijau masih tetap di tempatnya.
Ada Foto semacam papan keterangan nama sosok
yang dimakamkan. Tulisannya masih terbaca jelas. Menurut kabar yang saya
dapatkan, papan keterangan itu berada persis di pintu masuk areal makam
Waliyulloh Syiah Kuala.
Adapun foto di dalam Masjid Baiturrahman adalah Alwi Shihab yang
sedang mengisi ceramah pada Jumat pertama usai musibah, yaitu pada 7
Januari 2005. Khatib Jumat adalah Dien Syamsudin.
Musibah gempa bumi dan tsunami di NAD sudah berjalan beberapa tahun. Semoga dapat diambil hikmah dari terjadinya musibah tersebut.