"Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda". Begitu pepatah yang
sering diucapkan seseorang kepada sahabatnya yang sedang mengalami
kegagalan. Tujuan penyampaian pepatah itu tentu untuk menyuntikkan semangat
bahwa kegagalan bukanlah kiamat atau akhir dari segalanya.
Benarkah demikian? Kegagalan memang bisa bersifat positif apabila kita
dapat menarik manfaat dari kegagalan itu. Sebaliknya, akan menjadi
negatif apabila dianggap palang pintu yang tidak dapat ditembus lagi, lalu
membuat orang menyerah pada nasib.
Agar kegagalan tidak menjadi momok mengerikan, ada delapan hal yang
bisa dilakukan:
1. Bersikap positif terhadap kegagalan
Sikap positif merupakan dasar utama untuk memahami bahwa kegagalan
bukan sesuatu yang harus ditakuti. Tanpa adanya sikap positif, kita akan
merasa seolah-olah hidup di alam mimpi, tidak ingin berbuat apa- apa lagi
karena takut gagal.
Bersikap positif artinya mampu memandang suatu kegagalan sebagai
peristiwa hidup yang harus dialami. Kita siap untuk menerima kegagalan kapan
saja dan dalam bentuk apa pun. Kegagalan bukanlah "virus" atau
"monster" yang perlu ditakuti.
2. Mencari penyebab
Ada dua faktor utama penyebab kegagalan, yakni faktor internal dan
eksternal.
Faktor internal adalah faktor penyebab yang berasal dari dalam diri
kita sendiri. Mungkin karena kurang hati-hati dalam melakukan sesuatu atau
karena menganggapnya remeh atau enteng, maka kita tidak melakukannya
dengan sepenuh hati. Tidak perlu mencari kambing hitam, melainkan dengan
kebesaran jiwa dan kebesaran hati kita harus mengakui, diri kita
sendirilah penyebab kegagalan itu.
Faktor eksternal adalah faktor penyebab di luar diri sendiri.
Misalnya, persaingan dengan orang lain. Mungkin kemampuan orang itu
sama atau melebihi kemampuan kita sehingga memperbesar peluang kegagalan
kita.
3. Melakukan identifikasi
Kita perlu mencoba untuk mengidentifikasi apa saja faktor-faktor
penyebab kegagalan, kemudian mencoba mengatasinya. Tentu saja tidak perlu
sekaligus mengatasi semua penyebab kegagalan. Kalaupun dipaksakan untuk
mengatasi sekaligus bersama-sama, hasilnya tidak akan maksimal. Usahakan
memprioritaskan penyebab utama, baru penyebab-penyebab lainnya.
Caranya, dengan mencatat hal-hal yang sering membuat kita gagal, apakah
faktor internal atau eksternal. Mengatasi faktor internal tentu lebih
sulit dibandingkan dengan faktor eksternal. Namun, tidak ada cara lain
kecuali menentukan skala prioritas terhadap hal yang mesti diatasi.
4. Melakukan evaluasi diri
Pada umumnya apabila mengalami kegagalan, yang pertama kali kita
salahkan adalah pihak lain. Jarang yang mau mengakui dirinya bersalah. Dengan
mengevaluasi diri berarti kita berusaha mengakui kesalahan itu. Mau
mengevaluasi diri juga berarti kita bersikap dewasa dan bijaksana, karena
berani bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan. Evaluasi diri
sekaligus melatih untuk semakin mengerti tentang diri kita sendiri.
5. Menggali kekuatan diri
Kegagalan sebenarnya bukan merupakan tanda kita tidak mempunyai
kekuatan dalam diri. Kita hanya belum mengenal atau mampu menggunakan kekuatan
itu secara maksimal. Cobalah wujudkan kekuatan positif. Gali
potensi-potensi yang sangat mungkin untuk dikembangkan. Kita akan berhasil
menginventarisasi potensi-potensi apabila terus berusaha mengenali kekuatan
kita.
6. Mengenali kelemahan diri
Tidak bisa dipungkiri, salah satu penyebab kegagalan adalah kelemahan
dalam diri. Kelemahan itu dianggap wajar. Mungkin karena kurang
menguasai atau kurang mampu mengerjakannya.
Rata-rata orang memang tidak mempunyai keberanian untuk menggali
kelemahan diri. Padahal, ketakutan merupakan cermin belum siapnya kita
mengakui sisi kelemahan diri kita.
Meneliti kelemahan sendiri sebenarnya merupakan kesempatan untuk
melakukan koreksi diri. Sebaliknya, bila tidak mau mengakui kelemahan,
seolah-olah kita hidup dalam dunia maya, karena tidak akan pernah melihat
diri kita yang sebenarnya.
Ingat, dengan mengenali kelemahan, kita akan dapat memperbaiki diri.
7. Melihat peluang
Hendaknya kita pandai-pandai melihat peluang. Kegagalan sebenarnya
menyimpan berbagai kesempatan yang dapat diubah menjadi hal yang
menguntungkan hidup kita.
Namun, acap kali kita menganggap kegagalan mengandung makna negatif.
Peluang dapat diperoleh apabila mau belajar dari kegagalan itu sendiri
serta mampu menyiasati hal-hal yang membuat kita gagal.
Perlu disadari, yang kita alami bukanlah suatu ancaman bagi kehidupan
kita, melainkan kesempatan untuk mengubah hidup kita menjadi lebih
efektif.
8.Trial and error
Trial and error merupakan salah satu tolok ukur atau alat ukur bahwa
kita ingin mengubah kegagalan menjadi kesuksesan. Tinggal sejauh mana
kita mau dan berani mencoba kembali kegagalan itu. Sebelum mencoba
kembali, hendaknya dipikirkan masak-masak langkah yang akan ditempuh. Kalau
pun terjadi kesalahan kembali, jangan segan-segan melakukan revisi dan
mencoba kembali sampai akhirnya berhasil mengatasinya.
Kunci utama trial and error adalah ketekunan dan sikap pantang menyerah
dalam uji coba mengatasi kegagalan.
Sumber: Gagal Pangkal Sukses oleh E. Widijo Hari Murdoko, S.Psi.,
alumnus Fakultas Psikologi UGM