Tahun ini, tiga Kapal Cepat rudal (KCR) 60 M produksi dalam negeri akan memperkuat TNI AL, sebagai perwujudan dari Rencana Strategis (Renstra) 2010-2014. Demikian dikatakan Menhan Purnomo Yusgiantoro, saat menyerahkan 1 unit platform KCR 60 M yang pertama yakni KRI Sampari-628 kepada TNI AL dan juga meresmikan peluncuran platform KCR 60 M kedua, di Dermaga Divisi Kapal Perang PT. PAL Indonesia (Persero), Rabu, 28 Mei 2014.
Menhan mengatakan momen ini sangat membanggakan, karena pembangunan ini sebagai bukti pemerkuat pertahanan dalam negeri. "Selain pembangunan 3 KCR, kita masih membutuhkan banyak kapal jenis ini. Untuk 3 Renstra kita membutuhkan 16 KCR 60 Meter dan 16 KCR 40 Meter," imbuhnya. Semua itu akan mengisi jajaran Armada Angkatan Laut Republik Indonesia dalam menjaga kedaulatan negara untuk menjadi The World Class Navy.
KRI Sampari-628 berdimensi panjang 60 meter, lebar 8,10 meter, berat muatan penuh 460 ton, kecepatan maksimal 28 knot, diawaki personel 55 orang dan memiliki persenjataan canggih berupa meriam serta peluncur rudal.
KCR-60 M kedua akan diserahkan pada 20 Juli 2014 dan KCR-60 M ketiga pada tanggal 20 September 2014, dengan dukungan anggaran APBN-P 2011 sebesar 375 miliar rupiah. Dan pengadaan 3 unit KCR-60 M ini, merupakan bagian dari program pembangunan kekuatan pertahanan untuk mewujudkan Kekuatan Pokok Minimal (Minimum Essensial Force).
Adapun dengan keberhasilan PT PAL menyelesaikan pembangunan KCR-60 M, akan memudahkan TNI AL dalam proses pemeliharaan dan sekaligus dapat memberikan alternatif solusi untuk mengurangi ketergantungan pada negara lain dalam pengadaan KRI di masa mendatang.
KRI Sampari-628 berdimensi panjang 60 meter, lebar 8,10 meter, berat muatan penuh 460 ton, kecepatan maksimal 28 knot, diawaki personel 55 orang dan memiliki persenjataan canggih berupa meriam serta peluncur rudal.
KCR-60 M kedua akan diserahkan pada 20 Juli 2014 dan KCR-60 M ketiga pada tanggal 20 September 2014, dengan dukungan anggaran APBN-P 2011 sebesar 375 miliar rupiah. Dan pengadaan 3 unit KCR-60 M ini, merupakan bagian dari program pembangunan kekuatan pertahanan untuk mewujudkan Kekuatan Pokok Minimal (Minimum Essensial Force).
Adapun dengan keberhasilan PT PAL menyelesaikan pembangunan KCR-60 M, akan memudahkan TNI AL dalam proses pemeliharaan dan sekaligus dapat memberikan alternatif solusi untuk mengurangi ketergantungan pada negara lain dalam pengadaan KRI di masa mendatang.
Dalam sambutannya, Direktur Utama PT PAL INDONESIA (PERSERO), M Firmansyah Arifin mengungkapkan keberhasilan produksi KCR ini sangat membanggakan, karena beberapa tahun belakangan ini belum memproduksi kapal perang. "Kami mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya atas pesanan dari Kementerian Pertahanan memproduksi kapal ini," tegasnya.
KCR 60 M pertama produksi PT PAL, telah melalui serangkaian proses pengujian para ahli dan teknisi sebagai persyaratan serah terima serta hasil uji masing-masing, dalam memenuhi standar yang dipersyaratkan. Dimana pada tahap akhir saat Commodore Inspection pada 27 Mei 2014, seluruh fungsi azasi kapal bekerja sangat memuaskan.
KCR 60 M pertama produksi PT PAL, telah melalui serangkaian proses pengujian para ahli dan teknisi sebagai persyaratan serah terima serta hasil uji masing-masing, dalam memenuhi standar yang dipersyaratkan. Dimana pada tahap akhir saat Commodore Inspection pada 27 Mei 2014, seluruh fungsi azasi kapal bekerja sangat memuaskan.
Setelah meresmikan KRI Sampari-628, Menhan Purnomo Yusgiantoro juga melantik Komandan KRI Sampari-628, Letnan Kolonel (P) Hreesang Wissanggeni. Mengawaki kapal ini, Hreesang akan dibantu 55 Anak Buah kapal (ABK) untuk berlayar menjaga keutuhan NKRI. KRI Sampari-628 selanjutnya masuk ke jajaran Satuan Kapal Cepat Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang berdasarkan pertimbangan taktis dan strategis yang cukup mendalam untuk menjaga dan melindungi wilayah kedaulatan NKRI serta melaksanakan tugas-tugas pertahanan maupun penegakan hukum khususnya di laut.
KRI Sampari-628 diambil dari nama sebuah senjata di Bima, Sumbawa. Sampari selain dari sebagai senjata untuk penunjang aktivitas juga sebagai simbol harga diri, keperkasaan, keuletan dan keberanian seorang ksatria yang berani menghadapi segala cobaan dan masalah. (DMC/PT PAL)